14. Tak Diduga

41 9 1
                                    

HAI HAII 💖

✨ HAPPY READING ALL ✨

.
.
.

"Semangat, kamu kan kuat."

Pantulan sinar matahari yang menerjang masuk melalui jendela itu, memberikan sebuah cahaya yang mampu mengusik tidur seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpi.

Tak lupa, alarm alami yang akan berbunyi ketika dirinya belum juga bangun dan bersiap akan hari yang akan ia jalani. Siapa lagi kalau bukan ibunya, Amelya.

"Nduk, bangun!" seru Amelya.

"Lah, masih pagi bu, lagian juga nggak sekolah," jawab Sandria yang kini membalikkan tubuhnya membelakangi Amelya yang tengah duduk di pinggiran kasur.

"Gadis nggak boleh males, nanti suaminya jelek," ucap Amelya menakut-nakuti Sandria.

"Mana ada! Teori dari mana itu, bohongnya keliatan banget," sanggah Sandria dengan suara pelan. Nyawanya masih berpencar entah kemana, tubuhnya sangat lemas seakan semua energinya diserap oleh kekuatan jahat.

Sandria telah menegakkan tubuh mungilnya menjadi duduk. Rambut acak-acakan, kedua mata yang dikucek, serta selimut dan bantal yang tak rapih menjadi pemandangan pagi ini.

Amelya hanya bisa tersenyum melihat anak perempuannya itu.

"Masih pagi, harus semangat!" ucap Amelya lalu menepuk pelan pundak kanan Sandria.

Sandria hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu Amelya pergi dari kamar sang anak dan melanjutkan kegiatan yang tadi terhenti.

...


Pagi telah menjadi malam, matahari berganti bulan. Kini semua anggota keluarga sedang berkumpul diruangan yang tak begitu besar. Sangat cukup untuk empat orang yang tinggal dirumah ini.

"Kemaren bapak udah ketemu sama orang yang bakalan buat proyek bareng," jelas Haris namun belum selesai.

Semua orang yang berada di ruangan menunggu kelanjutan dari Haris.

"Mereka ngajak makan malem bersama, Malem minggu," lanjut Haris.

Barra hanya mengacungkan jempolnya. Sandria tersenyum sinis. "Emang siapa yang nyuruh lo ngasih jawaban? Orang Bapa lagi ngasih tau."

Sandria melirik Barra, Barra yang dilirik pun tak terima.

"Siapa juga yang nyuruh lo buat ngurusin gue? Jempol-jempol gue, sewot!"

Mendengar itu, Sandria hendak berdiri namun ditahan oleh Amelya yang duduk disampingnya.

Barra tersenyum penuh kemenangan, cowok itu menjulurkan lidah nya mengejek Sandria. Sandria mengusap dadanya mencoba bersabar.

"Udah, jangan berantem," lerai Haris.

Haris melanjutkan ucapannya, "Bisa ikut?"

Amelya dan Barra kompak menjawab 'Iya'. Berbeda dengan Sandria yang mengetuk-ngetuk dagunya sembari diusap. Gadis itu tengah berfikir, apakah ia bisa ikut?

"Sok-sok an banget lo, tinggal jawab iya juga," sewot Barra.

"Heh Barra api, diem ya lo! Gue tuh orang sibuk, nggak kayak lo sok sibuk," balas Sandria menohok.

Tak ingin kalah, Barra membalas ucapan Sandria. "Sibuk halu."

Sebenarnya Sandria ingin menyanggah, namun nyatanya memang begitu. Walaupun hari-hari nya tak penuh dengan kehaluan, namun bisa dikatakan dirinya 'Queen of halu'

ALEXSANDRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang