Mafkan jika ada typo, ya!
-BAB 9-
|PENGARUH ANTHANASIUS|
Bab sebelumnya...
"Bagaimana caranya kita masuk?" bisik Varischa pada Raja Ambraka.
Pasalnya, banyak sekali serigala-serigala yang berada di depan pintu masuk menuju Lembah Dirmaga. Tidak memungkinkan mereka untuk masuk ke sana.
"Hanya dengan satu cara."
"Apa?" Varischa bingung.
"Menyerbu masuk."
Dan sedetik kemudian Raja Ambraka berlari keluar dari hutan menuju kawasan Lembah Dirmaga. Varischa mengumpat pelan. Jikalau begini, ia harus apa?
Varischa hendak mengikuti pergerakan Raja Ambraka, namun tiba-tiba ada yang menahan bahu kecilnya. Sontak kepala Varischa langsung berputar ke arah belakang dan melihat siapa pelakunya. Ternyata itu adalah Pangeran Jemiriel. Pangeran Jemiriel tidak sendiri, saudara-saudaranya yang lain juga ikut.
"Kau mau ke mana?" tanya Pangeran Jemiriel cemas.
"Aku ingin menyusul Raja Ambraka," jawab Varischa.
Pangeran Jemiriel berdecak kecil, "jangan! Di sana terlalu banyak pasukan, kau bisa habis oleh mereka."
"Lalu bagaimana?"
"Tunggulah di sini, biar kami yang menyusul. Kami akan memberimu aba-aba, lalu kau bisa menyerang Anthanasius dengan kalung milik Ibu kami." Itu bukan suara Pangeran Jemiriel, melainkan Raja Ambraka.
Varischa mengangguk mantap. Lalu para Putra kerajaan segera naik kembali ke kuda mereka masing-masing dan menyusul Raja Ambraka menghadapi pengkhianat sendirian. Varischa memperhatikan dari jauh, sembari berpikir rencana apa yang harus ia lakukan agar bisa menerobos masuk ke dalam kerumunan serigala yang jumlahnya bisa ribuan tersebut. Varischa sungguh tidak punya rencana apa pun saat ini, sehingga ia ragu apakah mereka bisa mengalahkan Anthanasius atau tidak.
Di sisi lain, Raja Ambraka sudah berhadapan dengan mantan pasukannya yang dulu begitu sangat mengagungkan dirinya. Sebelum memasuki bagian lembah, ada sebuah tanah lapang tertutupi salju yang begitu luas tanpa ada pepohonan di sekitarnya. Dan para pasukan serigala itu berada di sana, berjaga-jaga dari serangan musuh. Raja Ambraka tak gentar begitu pasukan-pasukan itu menggeram saat melihat kedatangannya. Dia adalah yang terkuat di antara semua pasukan, segala rintangan sudah pernah ia hadapi sebelum ini, jadi ia tidak akan pernah takut.
"Apa yang mempengaruhi kalian semua?" tanya Raja Ambraka heran. Pasalnya, warna mata para pasukan serigala itu berwarna merah. Padahal sesungguhnya keturunan asli bangsa Dirmaga memiliki bola mata yang biru pekat, seperti bola matanya.
Raja Ambraka masih dalam wujud serigalanya. Tubuh serigala Raja Ambraka lebih besar dari pada tubuh pasukannya. Maka dari itu ia adalah penguasa di Lembah Dirmaga ini. Raja Ambraka juga merupakan keturunan murni dari Lembah Dirmaga, yang merupakan anak dari Raja terdahulu.
"Pergilah! Atau kami akan membunuhmu!" ucap salah satu pasukan pada Raja Ambraka.
Sudut bibir Raja Ambraka berkedut. "Kau lupa? Keturunan murni dimensi Azra tidak akan pernah mati meskipun kalian membunuhnya berkali-kali. Kita hidup abadi. Lukaku justru akan cepat sembuh, dan tubuhku akan semakin kuat."
Pasukan serigala langsung menggeram, kaki-kaki mereka mengais permukaan salju beberapa kali. Itu sebagai tanda bahwa mereka sedang marah atau kondisi dimana mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah mengalah pada musuh. Raja Ambraka diam-diam tertawa dalam hati karena jika pasukannya di bawah kendali Anthanasius, emosi mereka tidak akan stabil dan mudah terpancing. Jauh berbeda bila dengannya, Raja Ambraka selalu mengajari pasukan-pasukan serigala ini untuk pandai mengendalikan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING
FantasySetelah berhasil keluar dari dimensi kerajaan D'Forse, Varischa berniat masuk kembali ke dalam dimensi kerajaan untuk menyelesaikan sebuah misi. Kali ini ia tidak sendirian, Tuan Amberson dan Stephen-seorang anak yang merupakan keturunan campuran da...