1

4.6K 440 34
                                    

"Sampai kapan kau mau bersantai di sini?"

"Sampai aku yakin bahwa dia berbeda dari wanita manapun yang pernah kutemui sebelumnya."

"Sampai saat itu tiba, kau akan terus begini?"

"Ya, dia tidak boleh tahu siapa aku sebenarnya dan membuktikan padaku bahwa cintanya bukan hanya untuk uang."

"Kau pikir dia lain dari wanita kebanyakan?"

"We'll see."

...

"Tolong berhenti di depan." Seorang wanita dengan coat tebal serta floppy hat berucap pada supir taksi yang mengantarnya.

"Baik Nyonya." Supir taksi itu lalu memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan empat lantai dengan reklame besi autentik bertuliskan 'Scottage' itu adalah sebuah butik pakaian formal yang cukup ternama meski letaknya di tepian kota Tokyo.

Hinata mengeluarkan beberapa lembar uang tunai dari dalam tas mahalnya dan membayar biaya taksi yang sudah mengantarnya tersebut.

Wanita itu kemudian melangkah turun dari mobil, rintik air hujan langsung menyergap tubuhnya yang dibalut coat tebal. Dia menundukan kepalanya dan memastikan wajahnya tak terlihat siapapun.

Meski ini jam sembilan malam di tengah hujan yang perlahan melebat, Hinata harus berhati-hati. Tak boleh ada seorangpun melihat dirinya di sini atau reputasinya mungkin akan terguncang.

Kaki jenjangnya melangkah pasti menuju pintu masuk butik yang telah nampak gelap tersebut. Dinding kaca dari luar memberitahunya bahwa butik tersebut sebenarnya sudah tutup, namun dia tahu seseorang menunggunya di dalam.

Sepatu heels hitamnya menapak pasti di atas lantai marmer gelap di bawah kaki, dia melangkah masuk ke dalam butik itu membawa rintik air hujan yang berjatuhan melalui ujung coatnya.

Hinata menatap sekeliling dan menjelajahi seisi lantai satu butik besar itu. Hanger hanger besi menggantungkan banyak pakaian koleksi musim dingin.

Lampu-lampu gantung telah padam, menyisakan lampu tempel di dinding yang biasanya memang dibiarkan menyala.

"Kau tiba?" Suara baritone itu menyentak Hinata, dia menoleh dan mendapati pria itu melangkah dari dalam sebuah ruangan di belakang kasa menuju ke arahnya.

"Ya, baru saja." Hinata menatap pria itu dari ujung kaki hingga kepala. Seperti biasa, dia selalu berpakaian rapi dengan celana cokelat dan kemeja putih yang digulung sebatas siku.

"Kau kehujanan?" Naruto memeriksa tubuh wanita itu dan melepaskan floppy hat yang menutupi separuh wajah cantiknya serta coat tebal yang sedikit kebasahan.

"Sedikit." Hinata tersenyum tipis dan menatap mata biru yang dia rindukan tersebut. Perlu sedikit mendongak untuk bisa menatapnya, sebab pria itu terlalu tinggi untuk dapat digapai meski sudah mengenakan heels.

"Duduklah, biar kututup pintunya dulu." Naruto mengusap dagu lancip wanita itu dengan lembut.

Hinata mengangguk, kemudian dia melangkah ke arah ruangan khusus di mana pria itu tadi melangkah keluar dari dalamnya.

Naruto membalikan papan tanda di depan pintu kaca menjadi 'Close' menandakan dia tak ingin diganggu malam ini, kemudian dia memasukan kunci pintu kaca butik itu ke dalam saku celananya sebelum kembali melangkah ke arah ruangan dengan lampu temaram di sudut butik tersebut.

"Perjalananmu menyenangkan?" Naruto menyampirkan coat milik wanita itu di sebuah hanger dekat pintu masuk.

Hinata duduk di sofa single di sudut ruangan dan menggeleng "itu melelahkan."

The TailorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang