9

1.7K 301 38
                                    

Hinata menatap strip testpack ke lima yang dia gunakan. Wanita itu menyimpannya ke dalam kotak kecil di dalam laci obat di balik kaca.

Ke lima stripnya menampakan hasil yang sama. Ya, dirinya benar-benar mengandung sekarang.

Hinata sudah melalui keterkejutan itu. Dia telah mengeceknya kemarin pagi setelah menyadari dirinya terlambat datang bulan.

Awalnya Hinata pikir itu adalah mimpi, meski dia tahu benar kemungkinan ini pasti ada sebab dirinya dan Naruto telah tidur bersama sejak awal musim dingin.

Hinata telah menangisi kebodohannya kemarin pagi, namun dia berhenti melakukannya karena sebagai seorang yang melakukan semua ini dengan kesadaran penuh tanpa paksaan, dirinya siap bertanggung jawab pada bayi ini dan menjadi seorang Ibu.

Itu adalah sudut pandang Hinata sebagai seorang wanita, entah bagaimana nanti Naruto akan mengambil sikap pada situasi ini.

Dirinya berencana segera memberitahu pria itu, namun dia ingin memberitahu segalanya dengan tenang, tanpa membuat pria itu merasa tertekan atau menyesal.

Wanita itu menghapus air mata di pipinya dan menarik napas dalam-dalam sebelum pergi keluar dari kamar mandi.

Naruto akan pulang bekerja sebentar lagi.

"Hinata." Di detik pertama Hinata membuka pintu kamar mandi, suara baritone pria itu sudah menyambutnya.

"Kau sudah kembali?" Hinata memasang senyuman di bibirnya, menyingkirkan semua risau di kepala. Dia percaya pada Naruto, pria itu akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Naruto meraih tangan Hinata dan memeluk wanita itu secara singkat. Dua malam tidak tidur di rumah karena perjalanan bisnis ke Osaka. Ah, dia rindu sekali pada Hinata.

Hinata terkekeh dia memeluk punggung pria itu "kau kelelahan ya?"

"Daripada lelah, aku lebih merasa tersiksa karena merindukanmu." Naruto entah kenapa merasa tidak tenang selama berada di Osaka dan ingin cepat pulang ke rumah.

"Bohong." Hinata lalu melepaskan pelukannya dan bersedekap. "Kau bahkan tidak meneleponku."

"Aku meneleponmu, kau tidak mengangkat panggilannya." Bantah Naruto.

"Benarkah?" Hinata berhenti bersedekap, dia tidak menyadarinya.

"Periksa ponselmu, aku meneleponmu sembilan kali." Naruto menghela napas lelah. Hinata adalah tipikal wanita yang jarang memegang ponselnya. Saat bekerja, wanita itu menitipkan ponselnya pada Sui, sedangkan di rumah dia lebih senang berkutat di dapur atau melakukan hal lainnya.

Hinata terkekeh kali ini. "maafkan aku."

Naruto mengecup bibir wanita itu sekilas setelah mendapatinya merasa bersalah. "Buatkan makan malam yang lezat sebagai permintaan maafmu."

"Baiklah." Hinata kemudian mendorong pria itu untuk pergi ke kamar mandi. "Bergegaslah, kutunggu di meja makan."

...

"Kau tidak lelah jika besok kita berangkat?" Hinata menyelimuti bahu pria itu setelah dia bergabung untuk berbaring dan bersiap tidur.

Naruto menggeleng "sudah lama sejak terakhir kali aku mengemudi jarak jauh, pasti sangat menyenangkan." Dirinya selalu berpergian dengan supir karena kelelahan di kantor dan takut tidak fokus menyetir tapi besok dirinya akan menghabiskan waktu bersama Hinata, tak mungkin membawa supir.

Besok mereka akan pergi untuk mengunjungi makam ayah dan ibu Hinata. Katanya wanita itu sangat merindukan orangtuanya.

"Sudah lama aku tidak melihat rumah milik ayahku di sana." Hinata selalu merasa sedih tiap kali mengingat soal ayah dan ibunya.

The TailorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang