Jika kita memang kita di takdirkan, pasti kita dipertemukan.
-Sagara Diratama Mahesa***
Sagara menatap bangunan tinggi di depannya. Bangunan itu menyimpan banyak kenangan tentang mamahnya dengan dirinya.
Sagara turun dari motornya berjalan memasuki bangunan itu dan berjalan keatas lebih tepatnya kesebuah Roftop bangunan tersebut.
Sagara memandang awan yang begitu gelap dengan suara yang mengglegar.
"Disini gaada bintang yang kaya dulu kita lihat mah, Sagara juga ngerasa dingin ngga hangat kaya pelukan mamah." Batin Sagara tanpa sadar berjalan ketepi bangunan.
"Woy! lo mau bunuh diri yah!"
Sagara tersentak dan spontan menoleh menatap seorang gadis yang sedang berjalan menghampirinya, dengan penampilan sedikit urakan.
"Ajak gue dong, gue juga cape." Katanya saat sudah berdiri disampingnya.
Sagara mengernyitkan dahinya menatap aneh gadis yang berdiri di sampingnya.
Gadis aneh tapi menarik.
"Lentera."
"Argh nyebelin banget sih tuh om-om ngga bisa apa gue istirahat bentar." Gumam Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah Sagara. Sagara yang merasa di tatap pun menaikan satu alisnya 'Apa?'
"Bunuh dirinya entar ajah gue harus kabur lagi, tungguin gue yah papay."
Gadis itu berjalan turun dan dibawah sana Sagara dapat melihat sosok Lentera yang berlari diikuti oleh 2 laki-laki yang mengejarnya.
"Lentera."
Bibir Sagara berkedut. Dan malam inilah malam dimana Sagara bertemu sosok Lentera. Gadis aneh + unik. Disaat semua orang berusaha mencegah jika melihat orang bunuh diri Lentera berbeda, gadis itu malah ingin ikut.
***
Dreet....
Sagara yang masih terlelap dari tidurnya sedikit terusik dengan deringan yang berasal dari ponselnya.
Dengan malas Sagara meraih ponselnya yang berada diatas nakas.
"Halo."
"Sagara! Kamu baru bangun heh!."
Teriakan melingking dari sebrang membuat Sagara telonjak.
"Ini udah siang Sagara jangan bilang kamu belum berangkat sekolah?"
Sagara meringis "Ka bisa pelan-pelan ngga ngomongnya, lagian kenapasih ini masih jam-"
Sagara membelak saat melihat jam menunjukan pukul 7:15 gawat 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dan upacara akan dimulai.
"Sagara tutup dulu telfonnya kak, Bye." Sagara menutup telfonnya sepihak membuat orang di sebrang sana tampak berdecak kesal.
Sagara segera beranjak dari kasurnya dan bergegas bersiap-siap.
Setelah sudah Sagara berjalan keluar kamarnya dengan penampilan yang acak-acakan baju yang keluar dasi yang diikat asal rambut yang tidak disisir rapih.
Ngeong...
Sagara menoleh dia hampir lupa memberikan Luva makanan dia pun menuangkan makanan dan menganti air minum milik Luva sebelum berangkat.
Sagara mengusap bulu Luva sayang "Jangan nakal Princess papah mau sekolah dulu."
Setelah berpamitan kepada Luva, Sagara bergegas menaiki motornya menuju sekolahnya.
Dan seperti yang sudah Sagara duga, saat dirinya sampai di depan Sekolahnya Gemilang High School gerbang besar itu sudah di tutup.
"Pak! Pak Teto!"
Seorang laki-laki paruh baya keluar dari posnya menatap Sagara heran.
"Aduh den, telat lagi?"
Sagara mengangguk "Bukain dong pak, lagian saya cuma telat 16 menit doang pak." mohon Sagara.
Belum sempat pak Teto menjawab tiba-tiba "Kamu telat lagi Sagara!"
Sagara tersentak saat mendapati bu Ema guru bknya yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Parkirin motor kamu dan baris di barisan khusus." perintah bu Ema garang.
Sagara menurut diapun memarkirkan motornya dan berjalan kearah barisan khusus untuk anak-anak yang telat, tidak memakai dasi,topi,sabuk bahkan memakai sepatu putih.
"Sagara!"
Sagara berdecak kesal dengan ekspresi yang dibuat seramah mungkin Sagara berbalik "Kenapa bu?
"Baju kamu dimasukin, dasi kamu di rapihin! Anak biasiswa kok berandalan." nyinyir Bu Ema berlalu begitu saja.
Sagara menatap dongkol bu Ema yang pergi kearah barisan guru-guru.
Meski kesal Sagara tetap melaksanakan perintah Bu Ema dengan memasukan bajunya dan merapihkan dasinya, hal tersebut tak luput dari pandangan banyaknya siswi perempuan.
"Sagara gila mau rapih mau urakan dia tetep ganteng anjirr."
"Iyah! Bukannya culun malah keliatan keren gitu."
"Gila rasanya pengen robek tuh baju, itu perutnya keliatan banget nyetak gitu."
"Heh istigfar pitri!"
"Apasih tono! Syirik aja loh."
"Jangan berisik!" Suara sentakan yang berasal dari ketua osis mereka membuat mereka spontan diam.
Sedangkan Sagara hanya acuh dia sudah biasa mendengar bisikan-bisikan nyleneh yang mereka lontarkan, Sagara juga terkadang merasa geli sendiri tapi dia hanya bisa memberikan respon muka datarnya.
Dan tidak jauh dari Sagara berdiri tepat di barisan belakang seorang gadis bernama Mareta menarik lengan sahabatnya.
"Ra, itu dia yang namanya Sagara." gadis yang bernama lengkap Lentera Lyna Grasella mengikuti arah jari sahabatnya Na Maretha Glora.
Deg..
Dia...
"Sagara Diratama Mahesa. Dia ganteng banget kan,
***
Waduh ada yang ketemu lagi nieeh 🤭
⬆️Luva with papahnya 🐱❤Jangan lupa Follow & Vote & Coment gyus.
Mampir juga di ig @Sagareta_ & @lifairyy_
Babay lopyouu 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara With His Story
Dla nastolatkówDari banyaknya yang tidak beruntung tentang keluarga, Sagara adalah salah satunya. Ia sangat membenci hidupnya yang gelap, ia benci karna tidak pernah merasakan beruntung dalam hal apapun. Hingga dia bertemu dengan seorang perempuan yang meneriaki...