020424
@chitwinkless
"Hayuk, atuh. Bantuin gue dong, Ka. Gue beneran ogah banget ketemu cowok gila itu."
Veka yang sedang asyik membaca novel, dengan terpaksa menghentikan kegiatannya dan menatap Mutya dengan malas. "Lo aja malas, apa lagi gue, Mut. Suruh yang lain aja, deh! Gue mager." Buru-buru Veka memakai earphone dan memainkan musik dengan volume paling kencang. Berusaha menghindari tatapan memohon Mutya.
Merasa diabaikan, Mutya melirik Shana yang asyik menggosip bersama Tias. Menyadari arah tatapan Mutya, Shana segera menolak sebelum diminta. "Ogah! Berurusan sama cowok gila itu bikin gue yang waras ikutan gila."
"Yahh.... Kalian jahat banget, sih. Bantuin gue sekali aja atuh." Mutya mendesah kecewa. Mendudukkan dirinya di bangku tepat di depan Veka dengan lesu.
"Lo 'kan bisa datangi dia dulu, terus bilang kalau lo gak mau sama dia. Abis itu langsung pulang. Apa susahnya?" Tias yang sedari tadi mengamat, mulai angkat suara. Sesekali tangannya mencomot kacang milik Veka yang tergeletak di atas meja.
"Bisa-bisa aja, tapi masalahnya, gue entar pulang sekolah udah ada janji sama Mama buat nemenin ke acara arisan. Gue mana bisa nolak." Mutya membalas lesu. Merebahkan
kepalanya di meja. Berharap-harap dalam hati agar ketiga temannya berbaik hati untuk menggantikannya."Lagian kenapa harus si Dika, sih? Kenapa engga yang lain? Kalau cowok selain dia, gue mau-mau aja gantiin lo," Sambung Shana, sembari menatap Veka yang masih asyik membaca novel tanpa merasa terganggu. "Yakan, Ka?"
Merasa Shana sedang berbicara padanya, Veka mengangkat sebelah alis bingung. "Apaan?"
"Andika, kenapa harus dia yang suka sama Mutya." Shana mengulang perkataanya.
Veka menghendikan bahu acuh. "Karena Mutya cantik." Balasan Veka membuat ketiga temannya terdiam melongo.
Wajah Mutya yang awalnya suram, mulai tersenyum cerah. Ia bergerak mendekat ke arah Veka dan memeluk temannya itu dengan senang. "Makasih, loh. Gue yang awalnya bad mood jadi happy lagi karena dibilang cantik sama Mbak Veka." Goda Mutya dengan nada bercanda.
Hari ini Veka, Tias, dan Shana dibuat pusing oleh Mutya karena cewek itu bercerita kalau ada seorang cowok yang mengajaknya jalan. Yang bikin pusing, cowok itu Andika Maharja, si anak 11 IPS 3 yang kelakuannya terkenal bikin istighfar. Tentu saja, Mutya langsung uring-uringan tak jelas dan meminta bantuan kepada teman-temannya untuk menggantikannya menemui Andika se-pulang sekolah nanti.
"Beneran, deh, Dika itu ganteng, loh. Tapi percuma, saat tau kelakuan random dia yang bikin kepala gue pusing, kegantengan dia langsung lenyap." Tias melanjutkan, masih santai memakan kacang Veka, hingga sang pemilik kacang meliriknya tajam karena makanannya hampir habis dimakan Tias. "Hehe gue laper, Ka."
"Jadi gimana, dong? Plis, bantuin gue ini kali aja, deh. Entar kalau di antara kalian mau bantuin gue, gue bakal turutin apa mau kalian." Tak ada pilihan, sepertinya Mutya harus menggunakan cara ini agar teman-temannya mau membantu.
Mendengar tawaran tersebut, Shana dan Tias saling pandang. Sedikit tergiur dengan penawaran yang diucapkan Mutya.
"Beneran, nih, bakal nurutin apa aja?" Shana memastikan. Di sebelahnya, Tias menunggu dengan penasaran.
Mutya menyeringai kecil. Sangat tau tabiat teman-temannya yang tidak akan mungkin menolak kesempatan emas ini. "Yaps!"
Shana dan Tias saling pandang kembali. Kedua perempuan itu tampak berbisik, membuat kening Mutya berkerut. Sedangkan Veka, hanya melirik sejenak sembari menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
LoVeka
Teen FictionSudah tidak heran lagi jika nama Andika Maharja sering dikait-kaitkan dengan hal yang buruk. Wajahnya tampan, khas cowok-cowok Indonesia banget. Tetapi kelakuannya yang selalu bikin ngelus dada, membuat perempuan-perempuan di SMA Bumi Pertiwi harus...