220324
@chitwinklessSatu kata yang menggambarkan kondisi kelas 2 IPA 1 saat ini, membosankan. Di depan kelas, Buk Erika selaku guru fisika, sedang menjelaskan pelajaran tentang hukum Hooke dengan suara bak pembaca dongeng andal. Membuat murid-murid, apalagi murid-murid penghuni barisan belakang, terkantuk-kantuk.
"Anjir, sumpah gak kuat tahan ngantuk gue!" Tias menggerutu kesal. Sudah berkali-kali berusaha fokus memperhatikan pelajaran, apalah daya, rasa kantuknya datang membuat ia terlena.
Veka yang mendengar hal itu menggelengkan kepala kecil. Sudah tidak heran dengan sifat Tias yang paling tidak suka dengan pelajaran fisika. Bahkan Tias pernah berkata kalau dia salah jurusan. Semua mata pelajaran IPA, tidak ada yang menyangkut di kepalanya. Semua masuk lewat telinga kanan, lalu keluar lagi melalui telinga kiri.
Tak berbeda dengan Tias, Mutya dan Shana yang duduk di depan mereka juga berusaha memfokuskan kesadaran mereka. Bahkan sempat beberapa kali Veka melihat Mutya yang sudah terpejam matanya.
"Sabar. Sebentar lagi istirahat." Jawab Veka dengan berbisik. Takut ketahuan oleh buk Erika yang galaknya mengalahkan bundanya di rumah.
Beberapa menit kemudian, bel berkumandang dengan indah lewat speaker yang terpajang di dekat jendela kelas. Membuat murid-murid yang awalnya terduduk malas, langsung terduduk dengan tegak penuh semangat. Tidak sabar untuk keluar dari ruang penderitaan.
"Baik, sampai di sini dulu pelajaran kita. Untuk tugas minggu depan, saya mau kalian membuat makalah tentang hukum hooke." Buk Erika tampak menutup sesi pembelajaran dan sedikit memberikan tugas yang membuat beberapa murid memprotes. Setelah semua barang-barangnya yang berada di atas meja sudah dia masukkan ke dalam tas, wanita berhijab itu melenggang pergi.
"Buruan, yuk, ngantin. Perut gue udah demo minta di isi." Shana mengelus perutnya yang sedari tadi berbunyi.
"Eh, tugas buk Erika tadi gimana? Disuruh ngapain? Gue gak dengar." Mutya panik. Selain mendengar buk Erika mengucap salam sebelum pergi, dia sama sekali tidak mendengar apa pun yang diucapkan gurunya itu.
"Halah, gampang itu, mah. Tinggal cari di google." Sambung Tias seraya beranjak dari kursinya. "Lagian tugasnya masih minggu depan dikumpul. Masih lama."
Mutya mencibir perkataan Tias yang terlalu menggampangkan semua hal. Liat saja nanti, pasti saat satu hari dimana tugas akan dikumpulkan, temannya itu akan heboh sendiri saat mengerjakannya.
"Udah ayo buruan." Veka mengingatkan. Berjalan lebih dulu menuju keluar kelas, disusul Tias, Shana, dan Mutya di belakangnya.
Kantin yang berada di SMA Bumi Pertiwi ada dua, satu di dekat ruang guru dan satu lagi bersebelahan dengan lab komputer. Kali ini, Veka memilih untuk mengisi perut di kantin yang bersebelahan dengan ruang lab komputer karena dekat dengan kelasnya, mengingat waktu istirahat pertama hanya mendapatkan jatah waktu 15 menit, ditambah ia juga malas untuk berjalan jauh saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LoVeka
Teen FictionSudah tidak heran lagi jika nama Andika Maharja sering dikait-kaitkan dengan hal yang buruk. Wajahnya tampan, khas cowok-cowok Indonesia banget. Tetapi kelakuannya yang selalu bikin ngelus dada, membuat perempuan-perempuan di SMA Bumi Pertiwi harus...