Malam itu Alvin langsung bergegas. Sudah ada satu tempat yang dipilihnya untuk mengeruk banyak keuntungan.
Di dunia manapun, bangsawan dan orang kaya berstatus lah yang paling banyak memiliki uang. Selain itu, mereka akan dengan senang hati menghamburkan uang mereka hanya untuk bersenang-senang.
Ini adalah kesempatannya untuk keluar dari kubangan hutang. Jadi Alvin tidak ingin menunda-nundanya dan langsung datang malamnya.
Sebuah club malam terbesar yang ada di kota x, juga sebagai salah satu club malam termewah di dunia menjadi pilihannya. Tentu hanya orang-orang berdompet tebal saja yang boleh mengunjungi tempat prostitusi megah tersebut.
Orang miskin sepertinya pasti akan langsung ditendang keluar. Jadi Alvin sudah menyiapkan plan B untuk mengatasinya.
Saat malam tiba. Lautan bintang sepenuhnya tertutup gemerlapnya kota. Di jalanan, lampu berwarna warni dari kendaraan bahkan dapat menyilaukan mata.
Alvin berjalan di trotoar sambil mengamati suasana malam. Kemudian langkahnya berhenti tepat di dekat sebuah bangunan luas nan megah tepat di pusat kota metropolitan.
"Akhirnya aku menemukannya..."
Pria bertubuh mungil itu menghembuskan nafas lega. Dari tadi ia terus berputar-putar mencari letak club malam bernama "Red's Club" tersebut.
Karena tidak bisa membaca maps digital, Alvin cukup kesulitan mencarinya di kota sebesar itu. Sebuah keberuntungan ia dapat sampai ke tujuan.
'huft... Baiklah, Alvin. Kau pasti bisa melakukannya!' Alvin mendadak gugup. Ia belum pernah masuk ke tempat sebesar ini sebelumnya.
Setelah menguatkan hati dan tekadnya, Ia berjalan memutar hingga sampai ke pintu belakang. Ini masih jam 21.16 dan club itu sudah ramai. Setelah menemukan tempat persembunyian, Alvin menunggu dan menunggu.
Waktu berjalan lambat bagi Alvin. Kakinya sudah kebas dan belum ada seorangpun yang keluar. Tapi jiwanya yang sudah biasa menghadapi tantangan tak membiarkan tubuhnya menyerah begitu mudah.
Ia sesekali memejamkan mata dan mulai tertidur saat suara pintu kembali membangunkannya. Matanya yang semula berkabut seketika menjadi jernih.
Ia mengawasi seseorang yang keluar dari pintu belakang. Rupanya hanya seorang pekerja yang sekedar menghirup udara segar. Namun itu sudah cukup bagi Alvin untuk melancarkan aksinya.
Pria dengan Surai berwarna sakura itu mengendap-endap dan menotok salah satu titik di belakang lehernya. Pekerja itu langsung pingsan tanpa perlawanan.
******************
Beberapa menit telah berlalu. Seseorang yang tampak asing dengan pakaian karyawan berjalan menyusuri lorong sepi. Itu adalah Alvin. Ia terus mengikuti sumber suara.
'ck! Kenapa tempat ini sangat luas?'
Jalan berwarna warni dan lorong panjang dengan banyak belokan hampir memecahkan kepala Alvin. Warna-warna itu sangat mencolok. Ia merasa matanya akan segera rusak setelah melihatnya.
Ini memusingkan.
Yang bisa menjadi patokannya kini hanyalah suara musik yang begitu keras dan seruan serta teriakan meriah yang tiada habisnya. Namun kerap kali ia salah memilih jalan dan berakhir tersasar sampai ke kamar-kamar dan toilet.
Perjuangannya baru terbayar setelah pria malang itu tak sengaja melihat pekerja lain.
Benar saja, setelah Alvin mengikutinya, dirinya langsung berhadapan dengan aula dance yang meriah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Sang Pengembara
Actionalvin, seorang pengembara dari dunia lain tiba tiba bertransmigrasi ke dunia modern setelah mati tersambar petir. Bangun-bangun dirinya sudah tergeletak di jalan sepi dengan tubuh penuh luka. Bajingan mana yang berani memindahkanku ke alam lain?! ...