Jangan lupa vote nya bagi yang suka sama ceritanya.🌹
.
.
Entah kenapa firasat Alvin semakin buruk dari waktu ke waktu. Tapi karena saat ini ada dua orang yang menariknya kesana kemari, ia dengan cepat melupakannya.
Mereka berkeliling kota. Mulai dari alun-alun kota, taman, pasar, bangunan bersejarah, sampai tempat hiburan mereka kunjungi. Sesekali juga, baik Milles atau Thomas akan menerangkan jalanan yang sudah dilalui.
Sepanjang waktu itu pula lah Alvin benar-benar nampak seperti manusia gua yang baru keluar dari persembunyiannya.
*******************
Kunjungan terakhir mereka adalah sebuah mall besar di pusat kota. Itu juga karena Alvin yang benar-benar buta, alias tidak tahu apa-apa soal pusat perbelanjaan modern tersebut.
Tentu saja, Alvin tertegun sejenak, padahal mereka baru saja akan menjejakkan kaki mereka ke pintu otomatis.
"Hebat...! Kenapa pintu tembus pandang ini bisa terbuka sendiri?!" Tiba-tiba pemuda berwajah
Saking kagumnya, ia sampai mengacuhkan orang-orang disekelilingnya yang melihatnya seperti orang gila. Bahkan Milles dan Thomas terdiam karenanya.
Alvin bermain-main seperti anak rusa yang bersemangat. Bolak-balik melewati pintu yang kerap terbuka saat didekati dan tertutup sendiri jika ia menjauh.
"Woaahhh... Apa ada mesin aneh untuk mengaktifkannya? Benda ini bergerak saat kudekati!"
Sembari berbicara, Alvin menyentuh area sekitar pintu yang jelas merupakan dinding kaca tipis dan lantai keramik silver yang elegan.
"Hey, apa ada alat tersembunyi disini agar pintu ini berhenti bergerak?"
Seorang satpam yang kebetulan berjaga di depan pintu dan terlihat menghubungi seseorang lewat walkie talkie, kini terdiam setelah Alvin menanyakannya.
Satpam: 'apa dia bicara denganku...?'
Thomas: "......"
Milles: "......."
'SHIT!!!' Thomas mengutuk dalam hati lantas menarik Alvin masuk dengan kasar. Bicara tentang Alvin yang memalukan... Yahh, itu benar.
Terlebih kini Thomas sudah membekap Alvin dan berbicara mengancam. "Lain kali tahan kekagumanku itu, bajingan!"
Milles dibelakang keduanya hanya dapat menghela nafas tertekan.
Ketiganya masuk diikuti banyak pasang mata yang melihat. Karena aksi Alvin barusan, orang-orang kini memandang skeptis mereka.
Untungnya keduanya sudah kebal dengan pandangan tersebut, karena selama ini Alvin bahkan sudah membuat lebih dari sepuluh hal yang memalukan selama perjalanan tournya.
"Thomas... Sudahlah, kita masih dilihat banyak orang."
"Tsk!" Thomas mengutuk sebelum melepas Alvin yang lebih kecil darinya.
Alvin mengacuhkan Thomas. Pandangannya melihat sekeliling dengan semangat. Mata Ambernya bergelimang cahaya, bersinar cerah bak matahari, terutama wajahnya yang berseri-seri.
Sampai-sampai Baik Thomas maupun Milles hampir tebutakan olehnya.
"Fuck! Aku buta, sialan!" Thomas mengutuk. Milles yang berada di sampingnya hanya diam... Karena memang pemandangan itu juga terlalu menyilaukan bagi matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Sang Pengembara
Actionalvin, seorang pengembara dari dunia lain tiba tiba bertransmigrasi ke dunia modern setelah mati tersambar petir. Bangun-bangun dirinya sudah tergeletak di jalan sepi dengan tubuh penuh luka. Bajingan mana yang berani memindahkanku ke alam lain?! ...