(ketika kuinterpretasikan kegenapan malam ini)
Awalnya perasaan itu sehangat uap yang mengembara
saat nasi matang dan kehidupan kecil dalam ruang itu mekar
beriringan dengan cahaya baskara yang datang dengan kabut-kabut yang pergiAku tergugah dari pembaringan,
air mata luruh pelan-pelan. Semua bersekutu
dengan ingatan yang belingsatan minta diulangDuduk sendiri menanti udara bermutasi dari dingin ke hangat
Cuaca semakin tak bisa diterka
Terik dan hujan, sunyi dan tak nyamanHingga sebongkah kesedihan tanpa arah
memutuskan soliter mengembara
menuju destinasi yang di dalamnya pernah singgah
langkah dan tawa jenaka kitaDirimu yang selalu mencinta dengan segala takut
ketiadaanmu mencipta keriuhan tanpa suara
di kepala. Dalam napasku
rasa sesak itu utuh
beriringan dengan rindu yang selalu
minta pulang—Padamu.