Senin, 15 Juli 2019.
Wangi kemenyan menggiling Gereja Katedral yang menandakan betapa sucinya kegiatan yang sedang berlangsung sekarang, bersama dengan Imam yang tengah membaca sumpah perkawinan.
"Maka tibalah saatnya untuk meresmikan perkawinan saudara dan saudari. Saya persilahkan saudara dan saudari mengucapkan perjanjian perkawinan di bawah sumpah."
"Park Jongseong, bersediakah kamu menerima Kim Ningning sebagai istri mu, menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Hidup dalam satu hati dan jiwa bersama dengan Yesus Kristus yang selalu menuntut kalian kejalan yang baik dan benar, dalam keadaan susah, senang, kaya, miskin, sehat, dan juga sakit, sampai maut memisahkan kalian."
"Di hadapan Imam dan para saksi semua. saya, Park Jongseong, menyatakan dengan tulus dan ikhlas, bahwa Kim Ningning yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dan menerima segala kekurangan dan kelebihannya dalam susah, senang, kaya, miskin, sehat dan sakit. Saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup saya. Demikianlah janji dan sumpah saya demi Allah dan Injil suci ini."
Ningning menatap tidak percaya Jongseong yang tengah berada di samping kanannya, dimana Jongseong telah mengatakan sumpah perkawinan itu dengan datar, dingin, dan juga tegas.
"Kim Ningning, bersediakah kamu menerima Park Jongseong sebagai suami mu, menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Hidup dalam satu hati dan jiwa bersama dengan Yesus Kristus yang selalu menuntut kalian kejalan yang baik dan benar, dalam keadaan susah, senang, kaya, miskin, sehat, dan juga sakit, sampai maut memisahkan kalian."
Mendengar gilirannya untuk mengucapkan sumpah perkawinan, Ningning terdiam dan menundukkan kepalanya ke bawah. Yang tengah dipikirkannya adalah apakah Ningning sanggup menerima Jongseong sebagai suaminya.
Perkawinannya dengan Jongseong adalah hasil perjodohan orang tua mereka berdua. Tidak ada cinta diantara mereka berdua.
Keraguan itu terus saja berdatangan dipikirannya, dengan satu tarikan nafas, Ningning kembali menatap Imam yang berada di depannya.
"Iya, saya bersedia menerima Park Jongseong sebagai suami saya."
Hanya itu yang bisa Ningning katakan. Jawaban tanpa bertele-tele yang membuat Jongseong kini melirik Ningning dengan lirikan yang sangat sulit Ningning mengerti.
"Cincin ini bulat, tanpa awal dan tanpa akhir, sebagai lambang kasih Kristus, yang tanpa awal dan tanpa akhir. Atas dasar itu, cincin ini menyatakan bagi saudara dan saudari, untuk meniru kasih Kristus dalam kehidupan rumah tangga, dengan mengasihi pasangan tanpa awal, juga tanpa akhir."
Imam memberkati kedua cincin pernikahan berwarna emas dengan air suci dan juga kemenyan lalu selanjutnya Imam berkata.
"Kenakanlah satu sama lain cincin pernikahan ini sebagai lambang cinta setia abadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blue
Fanfiction"Bisakah kita melihat pernikahan ini sebagai sebuah anugerah, Park Ningning?"- Park Jongseong.