Sesungguhnya, Jongseong tidak ingin meninggalkan istri cantiknya sendiri, tapi apalah daya pekerjaannya menuntut dirinya untuk pergi sementara ke Jepang.
Perusahaan cabang negeri sakura sedang mengalami masalah cukup serius yang mengharuskan Park Jongseong, sebagai direktur perusahaan untuk turun tangan langsung selama beberapa minggu disana.
Selama empat bulan perkawinan mereka berjalan, ini pertama kalinya Jongseong harus meninggalkan Ningning untuk urusan bisnis.
Jongseong sempat mengajak Ningning ikut, yang langsung ditolak dengan alasan takut menganggu pekerjaan penting suaminya selama disana.
Ningning yang tengah menyusun pakaian-pakaian Jongseong ke dalam koper, seketika tubuhnya membeku saat merasakan dirinya berada di pelukan pria yang lebih tua dua tahun darinya. Demi apapun, kenapa tubuhnya jadi mati rasa begini? Apa ini karena pelukan suaminya yang terlalu erat?
Ditambah lagi helaan nafas pria itu terdengar jelas di telinganya yang memerah. Tangan pria itu dengan apiknya memeluk dari belakang, diikuti wajah tampannya bertengger di potongan leher Ningning.
Nafas Jongseong menerpa lehernya, dapat Ningning rasakan bibir suaminya menempel di bahunya, mengecupnya disana dan juga lehernya.
Ningning yang menerima perlakuan itu secara tiba-tiba, tersentak bukan main. Wajah hingga telinganya memerah seperti tomat, jantungnya juga berdebar begitu kencang, bahkan oksigen disekitarnya seakan menipis.
Ningning memalingkan wajahnya ke samping kiri, tanpa sengaja hidung mereka berdua bersentuhan.
Tanpa bertanya, Ningning kembali fokus menyusun pakaian-pakaian suaminya itu kedalam koper hitam besar, diiringi suara jantung mereka berdua yang terus saja berdetak semakin amat kencang.
Saat Ningning hampir menyelesaikan pekerjaannya, pelukan itu terurai ketika suara dering handphone berbunyi keras dari balik celana training hitam Jongseong.
Hanya decakan kesal yang keluar dari bibir Jongseong. Ia tidak suka waktu dengan istrinya diganggu.
Tanpa mengucapkan apapun, Jongseong pergi ke balkon untuk mengangkat telepon dari Lee Heeseung, membuat Ningning dapat bernafas lega.
***
Selesai menyusun dan melengkapi kebutuhan Jongseong selama di Jepang, mereka berdua memilih berbaring di kasur.Suasana malam ini terasa sangat tenang, nyaman dan hangat. Jongseong yang sedang memeluk tubuh Ningning, sedangkan Ningning hanya fokus membaca novel Her Name Is karya Cho Nam Joo di kedua tangannya.
"Seseru itukah membaca novelnya?" Jongseong menatap lekat wajah istrinya yang menunjukkan ekspresi sedih. "Sangat. Novel ini memiliki banyak pesona yang tidak bisa kita tolak untuk dibaca."
Ningning membalikkan halaman berikutnya. "Menurut ku, Cho Nam Joo, sebagai penulis sangatlah hebat. Dia amat berani mewawancarai banyak perempuan dari berbagai umur dan status. Dari kalangan atas ataupun bawah. Kisah-kisah mereka, ia rangkum menjadi kisah perjuangan perempuan yang mengagumkan. Dalam novel ini terdapat 27 kisah yang menceritakan mengenai kekerasan dan pelecehan mau itu secara verbal atau perbuatan terhadap perempuan yang masih saja terjadi hingga sekarang di negera kita." Jelas Ningning masih fokus membaca halaman novelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Blue
Fanfiction"Bisakah kita melihat pernikahan ini sebagai sebuah anugerah, Park Ningning?"- Park Jongseong.