3. Masalah Kita?

791 85 8
                                    

***Sinar surya menembus jendela besar yang berada di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Sinar surya menembus jendela besar yang berada di kamar. Ningning mengerang keras sebab tidurnya terganggu.

Ia menyandarkan kepalanya ke atas Headboard.

Sakit. Ningning benar-benar merasakan sakit yang lumayan di kepalanya.

Kepala Ningning berdenyut keras seolah-olah tengah dipukul oleh seorang drummer di konser metal rock yang sangat Ningning benci.

Ningning memijit ringan bagian depan kepalanya, mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya.

Merasa sedikit enakan, Ningning bangkit dari tempat tidur, dengan malas berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar tamu yang sengaja Ningning tempati semalam.

Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Ningning kembali menyandarkan kepalanya di atas Headboard.

Ia meraih ponselnya yang semalam sengaja diletakkannya di atas meja nakas, lalu menekan kuat tombol power ponselnya.

Begitu ponselnya hidup, Ningning melihat banyak sekali pesan masuk dan panggilan tak terjawab terpampang jelas di layar lcd.

Ningning mengabaikannya, saat tahu bahwa pesan dan panggilan itu berasal dari suaminya sejak semalam.

Fokus Ningning sekarang adalah, membuka portal berita mengenai kegaduhan yang dibuatnya di restoran semalam.

Nama Ningning langsung menjadi trending topik pembicaraan dan cercaan para netizen yang menganggapnya sebagai bangsa barbarian yang terkenal akan kekasaran, kejam, beringas, dan tidak memiliki empati kepada masyarakat kecil.

"Astaga, mereka semua lucu sekali. Mereka yang salah malah aku yang dibuat seolah-olah menjadi pemeran antagonisnya. Playing victim sekali." Ujar Ningning datar sambil menghapus beranda beritanya.

Ningning bangkit, ia membuka kunci pintu kamar tamu dan dengan santainya, Ningning berjalan turun ke lantai bawah.

Dapat Ningning lihat, di ruang tamu terdapat seorang pria dewasa sedang membaca koran dengan segelas kopi panas tepat di depannya.

Tanpa memperdulikan sang suami, Ningning terus berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air minum yang akan membasahi tenggorokannya yang kering sejak berteriak-teriak semalam.

Saat memasuki bibir dapur, suara Jongseong terdengar jelas di telinganya, membuat Ningning  berhenti sejenak.

"Apakah kamu tahu sekarang sudah jam berapa?" Tanya Jongseong datar dengan matanya masih fokus membaca koran yang berada di kedua tangannya.

"Jam sepuluh lewat tujuh belas. Oh, iya, bukankah di jam segini seharusnya anda, tuan Park Jongseong yang terhormat sudah berada di kantornya." Jawab Ningning penuh penekanan di setiap katanya, melanjutkan kembali langkah kakinya ke dapur.

Jongseong yang mendengar jawaban Ningning, hanya bisa menghela nafasnya pelan. Jongseong pun melipat dan menaruh korannya asal.

"Aku izin terlambat ke kantor untuk menyelesaikan masalah kita," Jongseong mendekati Ningning yang tengah membelakanginya di depan kulkas. "dan kegaduhan yang kamu buat semalam di restoran." Lanjut Jongseong tepat selesainya Ningning menghabiskan segelas air minumnya.

Marriage BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang