Satu

1.3K 88 2
                                    

Content warning // kiss, alcohol

***

Perempuan itu memandangi air yang jatuh dari ketinggian dan menghirup udara kuat-kuat seakan terbebas dari kurungan. Rasanya dia akan menggelar tikar, menancapkan tenda, dan berkemah di sana. Siapa yang tidak terpesona dengan air terjun di dalam bandara Changi, Singapura. Salah satu tempat pelarian terbaik menurut Gabbie.

Perempuan dengan nama Gabbie Gantari lagi-lagi kabur dari acara yang ditunggu-tunggu keluarganya setiap sebulan sekali; tidak termasuk Gabbie. Tentu saja Gabbie akan jengah di saat semua orang berbicara tentang bisnis, laba, promosi, saham, dan lain halnya. Gabbie hanya bisa diam mendengarkan, bukan karena dia tidak mengerti, melainkan dia sudah muak, lebih tepatnya bukan passion Gabbie.

Perempuan dengan gelar sarjana ekonomi itu, memutuskan untuk melanjutkan studi perancang busana, dan pada akhirnya Gabbie memiliki butiknya sendiri saat ini.
Gabbie akhirnya merebahkan diri di kasur di sebuah unit apartemen yang dipinjamkan cuma-cuma oleh sahabatnya; Katherine, lebih tepatnya pacar Katherine. Bukannya tak ingin berlama-lama di bandara memandangi air terjun, namun tulang jompo Gabbie meminta untuk segera istirahat.

Gabbie mengembuskan napasnya berat sembari berpikir tentang permintaan oma tentang pasangan. Apa yang salah dari seorang perempuan lajang yang masih menikmati karirnya di umur 27 tahun? Bahkan Gabbie sudah tidak kepikiran untuk menjalin hubungan percintaan.

Gabbie segera menyalakan ponselnya dan menghubungi sahabatnya.

"Halo Kath, gue udah sampe, thank you kamarnya. Bilang makasih juga ke cowo lo." Ucap Gabbie dalam sambungan.

"Have fun ya di sana, jangan lama-lama di sana. Gue capek denger rengekan co-designer lo." Balas Katherine. Sontak Gabbie tertawa mendengar kata co-designer. Rekannya yang berbeda dua tahun lebih muda itu, bertemu saat mereka ada kelas desain. Gabbie mengajak Nadi untuk bergabung karena Gabbie punya modal untuk membuka butiknya sendiri.

Setelah membicarakan Nadi yang kewalahan karena tiba-tiba banyak calon pengantin yang ingin dirancangkan gaunnya. Gabbie berpikir sejenak sambil mengaduk cokelat panasnya, menyesapnya perlahan sambil menikmati pemandangan hotel marina bay sands yang berada di sebrang.

Gabbie buru-buru mengambil iPad-nya menggoreskan garis demi garis yang tergambar di benaknya. Memberikan warna rosegold serta efek sparkling dari manik di bagian dada. Dia tersenyum melihat rancangan gaun yang telah dibuatnya.

Langsung saja Gabbie kirim ke Nadi hasil rancangannya, meskipun jam menunjukkan pukul dua belas malam. Dia tidak tahu sudah berapa jam dia membuat rancangan itu. Dia juga lupa bahwa dirinya di sini untuk bersenang-senang, bukan untuk mengerjakan pekerjaannya. Namun tetap saja merancang busana adalah pekerjaan yang membuatnya senang.

Keesokkan pagi, mungkin bisa dimasukkan ke dalam sejarah kehidupan Gabbie menjadi salah satu pagi yang paling mengejutkan. Masalahnya Gabbie kini tengah memeluk pacar dari sahabatnya di kasur tempat dia tidur. Langsung saja Gabbie menendang dan mendorong tubuh lelaki itu menjauh dari kasur hingga terjatuh. Tidak lupa dengan teriakan Gabbie yang memekakan telinga. Laki-laki itu terlihat sama terkejutnya dengan Gabbie.

"What the fvck are you doing here?" Tanya laki-laki itu terbangun seketika di saat dirinya terlelap.

"Ayden lo ngapain di sini?" Tanya Gabbie sambil menarik selimut menutupi tubuhnya, padahal Gabbie memakai piyama satinnya. Hanya saja, satin itu hanya bertali spaghetti hingga seseorang bisa saja melihat ke arah dadanya.

"Who are you?" Tanya laki-laki itu ikut berteriak seperti Gabbie. Bagaimana dia tidak berteriak kalau ada seorang perempuan tak dikenal ditempat tidurnya. Terlebih dia memakai bahasa Indonesia, bahasa yang sudah jarang dia gunakan.

SESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang