Content warning a l c o h o l b l o o d
*
Jarum terus berdetik sedang malam semakin gelap, Gabbie benar-benar enggan untuk sekadar bertemu Alen kali ini. Dia bahkan mengurungkan niatnya untuk berendam setelah pulang kerja. Walaupun kepalanya saat ini ingin pecah.
Besok Gabbie harus meminta izin ke Katherine untuk meminjam Ayden datang ke acara keluarga Najim. Dia harus mempersiapkan diri entah apa yang akan terjadi esok hari kala dirinya bertemu Najim; mantan kekasihnya.
Gabbie benar-benar ingin melenyapkan dirinya. Dia kini sibuk menggulir aplikasi destinasi wisata, setidaknya dia harus melarikan diri dari pikirannya sendiri. Setelah melihat-lihat museum dan jadwal acara pameran, dia mematikan kembali ponselnya dan bersiap bertemu Alen, siap tidak siap.
Seharusnya hari ini Alen sudah hengkang dari sini sesuai ucapannya kemarin. Persetan dengan urusan Alen, Gabbie ingin hidup tenang. Setidaknya dia bisa mengurusi masalah lainnya.
Gabbie turun dari tangga, ruangannya bersih dan rapi. Gabbie tahu betul Alen rajin membersihkan ruangannya, menyirami tanamannya, dan mengisi penuh isi kulkasnya. Semua pakaiannya telah tersusun rapi di koper miliknya, barang lainnya dia biarkan tinggal di sana.
Gabbie terduduk di sofa, menunggu Alen pamit dan membawa kopernya. Namun tak ada tanda-tanda kehadiran Alen. Dia juga enggan untuk menghubunginya lebih dahulu. Karena sudah bosan menunggu terlalu lama, Gabbie memutuskan untuk berendam, meringankan lelahnya hari ini.
Sudah tiga hari, termasuk hari ini Gabbie meminum alkohol. Namun kali ini Gabbie sengaja minum alkohol dengan botol bening yang tak ada penjelasannya sama sekali. Gabbie sekarang jadi tahu bahwa botol di kamar mandinya adalah alkohol.
"Hahhhh kekasih ya, sialan." Makinya sambil memainkan buih air.
Kalau saja semalam Gabbie tidak membantah mungkin orang itu sudah salah paham.
Gabbie sangat terkejut ketika Alen memperkenalkannya sebagai seorang kekasih, apalagi saat dirinya menoleh dengan tatap penuh harap untuk memainkan sandiwaranya (lagi).
"Perkenalkan ini kekasih saya, Gantari Satwika." Ujar Alen tersenyum kemudian menoleh ke Gabbie.
Gabbie reflek menginjak kaki Alen, dia bahkan tidak tahu kode mata yang diberikan Alen.
Aw! Pekik Alen pun membuat Gabbie langsung menoleh ke sosok bapak paruh baya yang tengah memperhatikannya.
'Siapa dia?' tanyanya dalam hati. Gabbie langsung menunduk sedikit serta meminta maaf.
"Maaf pak hubungan kami sudah berakhir beberapa hari lalu." Ujar Gabbie setelah cepat memproses otaknya ingin mengucapkan apa. Kalau saja Gabbie mengikuti kemauan Alen pasti akan lebih rumit ke depannya, apalagi Alen besok akan pergi dari tempatnya.
"Sayang, kamu bilang belum putus ya. Kita cuma istirahat." Sanggah Alen memainkan perannya. Andai saja tidak diperhatikan, Gabbie akan segera meninju perut Alen kini.
"Duluan ya pak, doakan kami supaya baikan." Ujar Alen kemudian menarik Gabbie menjauh.
Tangannya mulai merambah melingkar di pinggangnya, namun segera ditepis oleh Gabbie. "Sial! Gabbie kenapa gak mau mengikuti kemauannya." Batinnya. Lelaki itu akan berhenti memata-matai dirinya kalau menemukan sesuatu yang menarik.
"Ih apasih!" Ujar Gabbie menolak. Dia mendorong tubuh Alen agar menjauh namun naas tubuhnya menjadi oleng karena heels yang dikenakannya.
Sudah pasti Alen menangkap tubuh Gabbie agar tak terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAL
FanfictionGiselle x Original Character Mature content 18+ Se·sal (kbbi) perasaan tidak senang (susah, kecewa, dan sebagainya) karena telah berbuat kurang baik (dosa, kesalahan, dan sebagainya). Dosa dan kesalahan apa yang telah mereka perbuat hingga merasakan...