Chapter 5

106 12 0
                                    

A Recantation

Naruto by Masashi Kishimoto

Keberuntungan

"Bolehkah aku menjadi egois, sekali saja, bolehkah?"

.

.

.

Karui diam dan mendengarkan, dia hanya mengangguk memahami saat suaminya menceritakan hal yang terjadi pada tim Shikadai beberapa waktu lalu.  Dia juga tidak memarahi Chocho yang menolak mendampingi Shikadai saat menghadiri pemakaman, walaupun menurut para tetua klan, hal tersebut tidak sopan— mengingat mereka adalah penerus Inoshikacho yang akan selalu menguatkan dalam tim maupun di luar tim. Bahkan Choji memaklumi sikap Chocho— ketua klan Akimichi itu memang terlalu baik.

Lalu Karui juga tidak mengatakan apapun ketika putrinya, Chocho, mengeluhkan sikap Temari saat dia dan teman-temannya menjenguk Shikadai. Putri Suna itu tidak membiarkan siapapun menemuinya.

Karui hanya diam, memahami.

Kebencian yang dulu mendarah daging dengan kehidupannya sebagai shinobi, membuat Karui mengerti. Temari hanya ingin kedamaian. Setidaknya, untuk putranya. Jika hal tersebut terjadi padanya, maka dia pun akan melakukan hal yang sama.

Mereka adalah kunoichi dari luar desa Konoha. Ketika mereka melepaskan seluruh yang mereka perjuangkan untuk hidup baru di desa lain. Artinya ada hal yang sengaja mereka tinggalkan untuk memulai kembali kehidupan mereka.

Masa lalu mereka.

Masa lalu penuh kebencian dan rasa sakit. Mereka berharap di desa yang baru, hal tersebut tidak akan menyakiti keluarga mereka nantinya.

"Tadaima!"

"Okaeri, kalian terlambat!"

Berdiri di depan pintu masuk, Choji dan Chocho menyengir dengan lebar. Keduanya mengabaikan tatapan nyalang darinya. Mereka terlambat pulang dan hampir melewatkan jam makan malam.

"Aku mencari makanan kesukaanmu di toko biasa lalu membeli sake untuk persediaan kita," kata Choji yang memamerkan belanjaan ditangannya.

"Iya, Bu! Ayah membeli baanyaaak makanan kesukaanmu! Kata ayah, ibu terlihat murung akhir-akhir ini. Jadi aku menyarankannya untuk membeli sesuatu untukmu." Chocho mendukungnya dengan menunjukkan kantung lain berisi keripik kentang.

"Hehehe, maaf membuatmu khawatir. Chocho bilang, mungkin saja kau kesal karena aku terlalu sibuk mengurusi permasalahan Shikamaru dan keluarganya."

Karui menatap bergantian pada putri dan suaminya itu. Dia tersenyum lembut. Ayah dan anak itu selalu bisa membuatnya kesal sekaligus senang di waktu bersamaan. Meski harus diakuinya, mereka berdua adalah sumber kebahagiaannya saat ini terlepas dari satu atau dua hal yang menyebalkan tentangnya.

Terkadang dia bertanya-tanya, apa hal baik yang telah ia lakukan sehingga dirinya bisa terus bersama keduanya.

Setelah sikap kerasnya saat menjadi kunoichi desa Kumo. Dia bahkan tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa berada disini bersama orang-orang yang ia panggil keluarga itu.

Seorang suami yang terlalu lembut untuk dirinya yang kasar serta seorang putri yang luar biasa untuk dirinya yang biasa. Ya, Karui memahami Temari. Dia pun akan melakukan apapun agar menjaga keluarganya tetap bahagia setelah semua yang terjadi pada masa lalu mereka.

~~<•°•>~~

Malam itu, lima tahun lalu, bunga calla lily yang menghias vas bunga di atas meja ruangan kediaman Yamanaka. Bunga yang melambangkan kepercayaan dan kesetiaan itu menjadi saksi bagi kesedihan Yamanaka Inojin. Sai dan Ino hanya bisa menggenggam tangan satu sama lain, menguatkan diri. Saat itu, mereka baru saja menceritakan masa lalu kelam Sai dan kisah naif seorang Yamanaka Ino.

A RecantationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang