A Recantation
Naruto by Masashi Kishimoto
Chapter 10
Obrolan
"Mungkin memang sesederhana menyapa, kau akan melihat bahwa dirimu tidak selamanya sendiri."
.
.
.
Tidak apa jika tidak kembali seperti semula.
Tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Tidak berdiri pada tempat yang sama.
Tidak apa.
Naruto mengerti semua itu. Dia yang tumbuh dan besar tanpa kasih sayang orang tua. Mengerti akan segala alasan yang coba orang dewasa lakukan pada anak-anak. Meskipun hal tersebut terlihat egois, semua hal butuh waktu untuk dimengerti.
Hanya butuh setetes harapan dan setangkup kepercayaan. Sebuah ramuan yang dibuat agar keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya akan tercipta dari cara sesederhana itu. Naruto adalah bukti nyatanya. Dia saksi sekaligus korban. Pahit, lama, dan menyakitkan. Ramuan itu terbentuk dan mengubahnya menjadi lebih baik seiring waktu.
Di saat-saat seperti ini, Naruto selalu merapal kalimat yang sama berulang kali. Menguatkan hati. Lagi, dan lagi.
"Tidak apa, aku akan baik-baik saja."
Berdiri depan cermin, menatap yakin pada pantulan dirinya dan mengucapkan kalimat itu membuatnya menyadari sedikit banyak hal yang mengganggu.
Salah satunya adalah Naruto selalu dapat menyadari perubahan dalam tampilannya setiap waktu. Lebih kurus dan wajahnya terlihat sangat lelah. Kerutan halus di bawah mata dan dahinya tidak luput dari penglihatannya. Hal kecil seperti ini biasanya sukses membuatnya tertawa dan menghiraukan tentang betapa waktu telah mengubahnya menjadi lebih mirip dengan gurunya.
Meskipun kali ini, dia tidak mampu walau hanya sekedar menertawakan penampilan menyedihkannya itu.
"Tidak apa, aku akan baik-baik saja."
Sekali lagi, kalimat itu mengalir dari mulutnya seperti mantra. Mungkin Kyuubi sudah lama bosan mendengar ia mengucapkan itu berulang kali.
"Ayaaah!"
Seruan khas gadis kecil menyapa telinganya disertai dengan tangan kecil yang melingkari pinggangnya. Tangan yang dikenalinya itu terlihat lebih besar dari terakhir kali Naruto menggenggamnya.
Apa dia melewatkan banyak waktu berharga itu lagi?
Naruto menoleh ke belakang, ia melihat putri kecilnya memeluknya erat dengan kepala menengadah memandang wajahnya. "Hime, kau terbangun?" tanya Naruto saat melihat wajah putri kecilnya itu mengantuk. Himawari, putri kecilnya, sepertinya terbangun dari tidur malamnya dan memasuki kamarnya.
"Ibu bilang kau akan pulang lebih cepat," Himawari merengus kesal tanpa melepaskan pelukannya.
Naruto tertawa canggung dan menggaruk pelan tengkuk lehernya, dia merasa tidak enak hati. Pagi tadi Hinata meminta izinnya untuk menginap di rumah ayahnya, ia menitipkan Himawari dan Boruto padanya. Tetapi, karena terlalu asyik mengobrol dengan Sasuke yang baru saja kembali, ia lupa waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Recantation
FanficSebuah misi yang 'gagal', mengantarkan Shikadai pada hal yang tidak pernah ia ketahui. Mengantarkan dirinya, Boruto dan Sarada pada sisi lain kehidupan masa lalu keluarganya. Ini adalah kisah tentang sebuah pengakuan, kisah tentang mereka yang terka...