Chapter 3

116 13 0
                                    

A Recantation

Naruto by Masashi Kishimoto

Uchiha dan Penyesalannya

"Ada waktu dimana kita akan mengutuk diri sendiri saat menyadari bahwa kita diberkahi banyak kebaikan."

.

.

.

Mata emerald kunoichi kebanggaan Konoha itu menatap pilu pada Nara muda yang berdiri di samping ayahnya. Tangan ibunya merangkul bahu kecil yang terlihat bergetar itu. Seberapa lama pun dilihat, anak itu tetap tidak menangis atau meneteskan air mata. Walaupun mata hijau besarnya terlihat berkaca-kaca. Untuk kesekian kalinya, Uchiha Sakura menghela nafasnya. Merapal dalam otaknya, menangislah Shikadai.

Saat satu per satu orang dalam pemakaman pergi, termasuk keluarga yang berduka, anak itu tetap tidak menangis. Sakura pun memberanikan diri menghampiri keluarga Nara yang mulai beranjak pergi. Meminta Sarada pergi lebih dulu bersama Sasuke yang sudah menunggu di luar area pemakaman, Sakura menyapa keluarga Nara di depannya.

Dia memerhatikan Shikadai, anak itu membungkuk dengan sopan padanya. "Sakura-san, terima kasih telah merawatku. Sampaikan terima kasihku juga untuk Uchiha-san."

Uchiha-san? Suaminya, tentu saja. Sakura hanya mengangguk sebagai balasan.

"Bagaimana keadaanmu, Shikadai?"

Anak itu memegang perban ditangannya, "Membaik, tanganku sudah bisa digerakkan walau sedikit sakit. Kakiku juga, tidak ada masalah apapun walau sedikit merepotkan."

Ya, trademark khas Nara, merepotkan.

"Tentu saja, merepotkan? Senang melihatmu membaik." Maka menangislah! Sakura benar-benar ingin mengatakan itu.

"Ini bukan apa-apa. Aku dengar saat kalian masih seusiaku, kalian mengalami hal lebih buruk. Tentu saja aku harus pulih dengan cepat, aku seorang Shinobi."

Seolah mengerti apa yang ingin dikatakannya, Shikadai menjawabnya dengan kata-kata yang terdengar memilukan.

Dia sudah bekerja cukup lama di rumah sakit terutama di unit pemulihan trauma pada anak-anak masa perang. Semakin hari setiap waktunya, dia selalu bersyukur bahwa tidak ada anak lagi yang perlu memasuki unit pemulihan mental itu. Tetapi melihat Shikadai membandingkan keadaannya dengan masa perang dulu adalah hal yang menyakitkan. Tentu ini menjadi masalah, anak-anak dimasa ini tidak seharusnya membandingkan keadaan mereka dengan masa lalu orang tuanya.

Ini berbeda.

"Shikadai, apa yang kau katakan!"

Suara Temari menyentaknya, dia menatap Shikadai yang kini tertunduk. Dia mengerti kenapa Temari marah mendengar Shikadai saat mengatakan hal tersebut.

"Benarkan, Bu. Aku tiga belas tahun dan seorang Shinobi. Seharusnya aku tidak menangis hanya karena telah membunuh seseorang dan melihat anggota timku... Maaf karena waktu itu aku menangis—."

"Shikadai, ayo kita pulang!"

Sakura menatap Shikamaru yang baru saja menghentikan perkataan Shikadai. Penasihat Hokage itu memberi isyarat untuknya.

A RecantationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang