{38}

103K 8.7K 279
                                        

Assalamu'alaikum guys
Makasih banyak udah mau tembusin target,
Dikomen ada yang nanya, siapa visualnya Gus Faqih
Sebenarnya aku juga ga tau, menurut kalian siapa yang cocok buat jadi visual nya Gus Faqih, komen ya!

-

-
-

HAPPY READING

Pagi harinya setelah memasak Syifa kembali ke kamarnya memanggil suaminya untuk sarapan, untung lah baby Hamzah belum bangun jadi ia bisa leluasa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, saat masuk kamar Syifa melihat Faqih baru saja keluar kamar mandi, sudah memakai kaos polos warna putih dan bawahan sarung, rambutnya basah, tangannya mengulur memberikan handuk pada istrinya.

Syifa mengerti pasti Suaminya itu meminta untuk mengeringkan rambutnya, itu sudah menjadi kebiasaan Faqih belakang ini, meminta Syifa mengeringkan rambutnya dengan handuk padahal ada alat cepat untuk mengeringkan yaitu hairdryer namun Suaminya itu tidak mau katanya panas kalau pakai alat itu dan membuat rasa geli di kepala.

"Nunduk Gus! Syifanya ga nyampe ketinggian sih Gusnya," ucap Syifa dengan wajah menggemaskan, pipi cabinya semakin mengembang. Tinggi badan mereka memang berbeda jauh, tinggi badan Syifa terlihat separuh tinggi badan Gus Faqih.

"Gemes banget sih," celetuk Faqih sambil mencubit pelan kedua pipi Syifa. "Yaudah deh nih saya duduk aja, kamu nya berdiri," ujar Gus Faqih.

Gus Faqih sudah duduk di sofa panjang dan Syifa berdiri dihadapannya lalu memulai menggosok-gosok rambut suaminya dengan handuk.

"Gus aku ikut ke kantor polisi ya!" pinta Syifa.

"Hmm mau apa?ikut?"

"Aku 'kan ketua detektifnya masa ga ikut sih, siapa tau polisi butuh pernyataan aku juga," jelas Syifa.

"Yaudah boleh, tadinya saya pengen kamu di rumah aja jaga baby Hamzah, saya khawatir ada orang lain bawa dia, hmm mungkin itu cuma firasat saya saja," tutur Gus Faqih.

Syifa selesai mengeringkan rambut Faqih, ia mengalungkan handuk itu pada leher Suaminya.

"Kalo mau Gusnya gitu, yaudah deh Syifa di rumah aja," ucap Syifa.

Faqih menarik tangan Syifa sampai istrinya itu terjatuh di pangkuannya, ia menggenggam erat tangan Syifa lalu mencium tangan itu.

"Kalo mau ikut juga boleh biar Hamzah, Umma aja yang jaga," ucap Faqih.

"Ga papa Gus Syifa di rumah aja, sebagai istri yang baik Syifa harus ikutin maunya suami, kalo Gus mau Syifa tetep di Rumah, ya Syifa akan tetep di rumah," tutur Syifa.

Tangan Gus Faqih terulur mengelus pipi kanan Syifa, ia tersenyum dan yang sedang ia tatap juga tersenyum. "Maa syaa Allah, indah sekali ciptaan Allah, saya beruntung banget bisa punya istri seperti kamu, cara Allah memang unik mempersatukan kita, sejak awal saya memang punya perasaan sama kamu tapi Allah malah takdirkan saya untuk menikah dengan sahabat kamu, saat itu mungkin Allah menakdirkan nikah sama Zahra karena punya takdir lain dibalik itu, hmm yaitu bisa ketemu kamu," tutur Faqih dengan lembut.

Syifa mengulurkan tangannya juga mengelus sebelah kiri suaminya, menatap lembut kehangatan, walaupun sebenarnya detak jantungnya saat ini tidak karuan, beginilah jika ditatap dekat oleh Faqih sering sekali jantung nya tiba-tiba jedag-jedug.

"Aku juga beruntuuungg banget, punya suami kayak Gus Faqih, Sholeh, anak pemilik Pesantren, dosen bahasa Arab, ganteng, dan terakhir _

Syifa semakin mendekatkan diri pada Gus Faqih membuat suaminya itu menutup matanya, Syifa berbisik tepat di telinga Suaminya. "Dan yang terpenting Gusnya masih perjaka," bisik Syifa yang mampu membuat Faqih memalingkan wajahnya dan Syifa terkekeh melihat wajah dan telinga suaminya memerah.

GUS DUDA IS MY HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang