SAGAMA 22

712 31 0
                                    
















22; Sabotase


















***














Sebuah rumah di depan mereka terlihat sangat asri dengan beberapa tanaman hidroponik dan bunga yang tertata rapih, keduanya terdiam di tempat mereka berdiri. Entah sejak kapan. Namun yang terlihat, keduanya sama-sama enggan untuk mengetuk ataupun menekan bel yang tertera.

"Hana, gue minta maaf."

Sang empunya yang punya nama menoleh, sedikit mendongak hanya untuk sekedar melihat sang suami lalu terdiam kembali. Rasa nyeri pada relung hatinya kembali merasakan sakit, padahal beberapa saat lalu sudah menghilang.

"Salah gue karena sering lupa, Lo gak salah." Hana menggigit bibir bawahnya, rasanya menyiksa kala dirinya harus menahan air mata di peluk matanya ini agar tak jatuh begitu saja.

"Hana—"










Ding
Dong...















Hana menekan bel di samping pintu, tidak membiarkan Sagama berbicara lebih lama lagi, semakin Sagama bicara hatinya semakin terasa sesak.

Gadis itu tahu diri, dirinya tidak sesempurna cewek-cewek di luaran sana —yang mengidolakan Sagama. Walaupun suaminya itu terlihat tak pernah peduli dengan para fansnya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika Sagama juga ingin gadis yang lebih baik darinya.

"Wih, adik ipar."

Hana tersenyum, sosok yang kini memeluknya itu sedikit —berhasil melupakan masalahnya beberapa saat lalu. Ternyata ini yang Bunda bilang kejutan, sampai harus menyuruhnya kesini tiba-tiba.

Tangan Hana di tarik menuju dapur, meninggal Sagama yang agaknya sudah bergabung bermain play station bersama Ayah dan Jeffrey, Hana sempat lihat tadi. "Kak Ruby kesini sama kak Jeffrey?"

"Kalo gak sama dia mana boleh keluar apartemen, kakak kamu udah kayak Ayah yang gak bolehin ini itu." Adu Ruby, tiba-tiba Hana terkekeh geli. Ada rasa cemburu, dia juga ingin merasakan posesif nya seorang Jeffrey Raditia Barata, lagi.

Naasnya, sekarang sudah berubah. Hana sudah menjadi milik Sagama, bukan malaikat kecil Jeffrey lagi.

"Bunda mana, kakak?" Katanya, celingak-celinguk. Memang sedari tadi, Hana menginjakan kakinya ke dapur, dia tidak melihat sosok Bunda.

Ruby mengomel, tangannya masih sibuk memotong daging sapi dengan potongan dadu, entah akan di masak jadi apa. "Lagi beli bumbu dapur, katanya yang ini belum cukup. Kamu lihat deh Han, di meja makan udah pada kumpul semua jenis makanan. Menurut kamu, apa lagi yang belum coba?"

Benar juga. Hana juga berfikir seperti itu, hampir seluruh meja makan sudah penuh di isi oleh berbagai jenis makanan. Dari Tumis buncis sampai rendang dan telur balado, kentang goreng, udang tepung dan masih banyak lagi. Bunda ini mau ada acara hajatan atau gimana?

"Mungkin mumpung anak-anaknya pada kumpul kali, ya? Han. Jadi Bunda sengaja masak banyak," kata Ruby kembali semangat, Hana hanya mengiyakan. "Kamu juga nginep aja, Han. Aku juga nginep masalahnya, ya?"

SAGAMA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang