SAGAMA 34

586 23 0
                                    



























34; PEMBALASAN































***


































Jawed melangkah pasti, dari arah tangga di lantai atas hingga ke lantai dasar sebuah ruang bawah tanah. Sesampainya di sana, hidungnya di suguhkan dengan bau karat dari besi yang menguar, keadaan rantai yang retak dan basah semakin membuat keadaan di sana semakin suram.

Pria berumur 40 an itu tersenyum puas, dua remaja berbeda gender ada dalam genggamannya. Meringkuk mengenaskan dengan ikatan tali di kedua tangan dan kaki mereka.

“Jawed Azalee, Ayah Seon.”

Tangan Jawed terulur di depan wajah Sagama, tersenyum ramah pada anak muda yang saat ini melihatnya penuh kebencian. Sagama meludah, tepat mengenai tangan Jawed yang terulur. Jawed mendengus menatapnya datar, beberapa detik setelahnya sebuah tendangan keras dia layangkan, tepat mengenai wajah Sagama.

Berdesis. “Anjing! Apa mau Lo?!”

Jawed berjongkok membersihkan darah dari hidung Sagama dengan sapu tangannya, kemudian mencengkram rahang Sagama yang babak belur.

“Kalian berdua mati.”

Sagama tidak terkejut mendengarnya, dia bisa menyaksikan sendiri rintihan anak-anak kecil di sebrang ruangan. Sagama menatap sengit, dari tadi malam sampai sekarang, Sagama bahkan belum tidur barang sedikit pun. Suara berisik anak kecil yang menangis buat dia iba.

“Lo iblis macam apa yang rela bertindak hal keji ke anak-anak? Waras Lo?!”

Sagama tidak peduli dengan sopan santun, orang di depannya terlalu keji. Dalam satu hari, Sagama bisa tahu tentang tempat apa yang dia tinggali. Orang-orang berpengaruh di Indonesia, seperti artis dan pejabat negara berseliweran keluar masuk.

Mereka tak tanggung-tanggung menyiksa, memukul dan menendang anak-anak yang ada di sana. Tanpa makan dan minum, mereka terluka parah, terserang penyakit dan mati di tempat tanpa ada satupun yang peduli.

Sejujurnya Sagama mual, kulit dan tulang mereka tergeletak di lantai, melebur menjadi satu dengan bau karat dan bangkai yang mengudara.

“Lo dapet apa nyiksa mereka?” Sagama menantang, di balas dengkusan malas dari Jawed.

“Anak-anak tahu apa?”

“SETAN LO!!”

Karena teriakan Sagama yang nyaring beberapa orang di tempat menoleh, merasa terganggu.

“Jawed, kamu sudah salah membawa mereka ke tempat suci, jika tetua tahu dia tidak akan diam melihat tindakan mu.” Seseorang berambut putih berujar, menyerahkan tongkat baseball pada Jawed. “Sebaiknya selesaikan dengan cepat atau bawa mereka pergi dari sini.”

Jawed mengangguk patuh menatap kepergian Baron Orlando, teman Ayahnya yang sudah meninggal. Sosok Baron yang mengajaknya bergabung ke sebuah sekte seperti ini, setiap tahun mereka membawa seorang anak dari jalan, mengurung serta menyiksa dengan harapan hidupnya terhindar dari kesialan dunia.

Dia yang dulu seorang penculik anak merasa pekerjaan seperti ini terlalu mudah, oleh Baron dia di kenalkan dengan seorang produser film dan dengan mudah dapat peran action di salah satu laga. Karena koneksi yang memudahkannya dalam mencari kerja, Jawed ikut ke dalam sekte ini sampai sekarang.













SAGAMA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang