(^Dua^)

84 31 0
                                    

Soobin tengah berjalan di koridor. Dengan niat, kembali ke kelasnya. Karena tadi ia sempat dipanggil oleh Kepala Sekolah untuk membahas sesuatu mengenai kedisplinan sekolah. Pasalnya kenakalan remaja di tempat ini semakin menurun.

Itu berkat kerja kerasnya sebagai Ketua OSIS. Tapi sayangnya, dia nggak terlalu yakin sama efek masa jabatannya. Soalnya ia kerap kali memergoki beberapa siswa yang membully seorang siswi berkecamata.

Itu membuatnya yakin kalau kenakalan remaja masih merebak di sekolah ini. Hanya saja dilakukan secara sembunyi-sembunyi seperti Pangeran Diponegoro yang melakukan taktik geriliya.

Akhirnya setelah berdiskusi panjang mengenai hal itu. Soobin diperbolehkan kembali ke kelas. Namun saat menuju pertigaan lorong. Dia melihat seorang siswi yang tampak bingung di sana. Terlihat seperti anak monyet yang kehilangan induknya.

Kenapa dia beranggapan begitu? Itu karena sejak tadi ia melihat siswi tersebut garuk-garuk kepala sambil tengok kanan kiri. Persis monyet, kan?

Soobin yang nggak tega sama anak monyet itupun bergegas mendekat. Lalu menepuk pelan bahu gadis yang mencuri belas kasihnya.

"EH! BABI!" pekik siswi itu.

Baru pertama kali bertemu saja, Soobin sudah dikatain sama gadis ini. Namun dia maklumi karena sepertinya siswi ini nggak tahu apa-apa tentangnya.

"Wah, kebetulan!" Siswi itu melongok. Sedikit mengadah guna menatap siswa yang memandangnya datar seperti tripleks di rumahnya.

Sedangkan Soobin mengernyit. Ini siswi nggak ada niat minta maaf sama dia gitu?

"Bisa tunjukkan arah ke Kelas 11 IPS 2, nggak?" pinta siswi itu tanpa kata tolong dan maaf.

Nggak sopan, tapi Soobin maklumi sekali lagi. Karena nampaknya, siswi ini adalah anak baru yang dibicarakan Kepala Sekolah tadi. Katanya sih, buta arah, tapi kayanya benar.

Soalnya gadis ini seperti orang kebingungan di pertigaan lorong. Dia jadi kasihan. Mau menolong, tapi agak kesal sama sifatnya yang kurang sopan santun.

Dimana-mana orang kalau mau meminta bantuan itu pakai kata tolong dan maaf. Lah ini, boro-boro ngucapin dua kata itu. Minta maaf soal ngatain dia babi aja enggak.

"Kak, mau nolongin nggak?"

Soobin menatap malas. Lalu mengangguk pelan sebagai respon.

"YESS, terimakasih!" ucap siswi itu sambil tersenyum manis. Membuat kedua matanya sedikit menutup membentuk eye smile yang cantik.

Soobin pun tertegun melihat kecantikan dan kemanisan gadis itu. Lalu berdeham guna menepis rasa yang tiba-tiba bergemuruh dalam dadanya. Dia tak boleh sampai salah tingkah gara-gara cewek ini.

Harus tetap kesal karena dikatain babi. Nggak boleh sampai kesengsem sama senyum manis cewek itu.

"Kak, ayo! Keburu telat banget!" ajaknya sambil menggenggam tangan kirinya.

Deg. Deg. Deg.. Deg.

Jantungnya berdetak cepat. Merespon afeksi yang menjalar dari tangan kirinya.

"Kak?"

Soobin tersentak. Tersadar dari rasa yang memenuhi pikirannya. Setelah itu dia mengangguk dan melangkah menuju kelas yang dituju oleh siswi ini.

Sementara gadis itu mengekori sembari menatap tangan kanannya yang digenggam erat oleh cowok di depannya. Sepertinya Soobin nggak sadar dengan perlakuannya sendiri gara-gara terhantui oleh rasa yang berputar-putar dalam pikirannya.

"Ka—"

Gadis itu hendak memanggilnya. Namun terhenti saat melihat bed kelas yang terjahit di sisi kiri pundak Soobin.

"Wehh.. lo seangkatan sama gue! Kok nggak protes saat gue panggil kak sih?"

Gadis itu mencoba mengajaknya berbicara. Namun Soobin tak menggubrisnya dan tetap berjalan menuju kelas siswi tersebut.

"Lo bisu ya?"

Soobin melongok cepat. Menatap horor gadis yang terkikik melihat responnya.

"Kayanya nggak, tapi kenapa lo diam aja?" Siswi itu bertanya sambil menatap manik hitam Soobin yang sekelam malam.

Lalu mendesah kecewa saat Soobin memalingkan muka. Ditambah pemuda itu tak menjawab pertanyaannya dan tetap melangkah seperti orang yang taat aturan.

Sesampainya di kelas yang mereka tuju. Soobin segera berhenti dan menatap siswi yang berhenti tepat di sebelah kirinya.

"Ini kelasmu.. masuklah.." katanya.

"Emm.. gimana ya.."

Soobin menoleh, menatap jengkel siswi yang senyum genit di samping kirinya. Lalu dia tersentak tatkala tangannya terasa diremas oleh seseorang.

Ia pun menunduk, menatap kaget tangan kirinya yang menggenggam tangan kanan siswi tersebut. Memalukan, bisa-bisanya dia nggak sadar kalau bergandengan dengan cewek ini. Mana muka gadis itu ngeselin, Soobin seakan diledek dengan komuk-nya.

"Gimana gue bisa masuk kalau lo pegang tangan gue seerat ini?"

Siswi itu mengangkat tangan kanannya yang digenggam oleh Soobin. Ia pun buru-buru melepasnya kemudian membuang muka. Menyembunyikan rona merah yang membakar wajahnya.

Gadis itupun terkikik. Lalu menepuk pelan pantatnya yang terasa empuk jika dipegang. Soobin mendesis, menilik tajam siswi yang berani melecehkannya.

"Pantat lo empuk.." ujar gadis tersebut sembari tersenyum.

Lalu ia berjinjit dan berbisik di telinga Soobin, "Suara lo bagus, terdengar lembut dan syahdu. Gue suka dengarnya."

Setelah itu dia menepuk pelan kepala pemuda yang menolongnya dan terkikik saat melihat telinga merah cowok tersebut. "Lo imut," katanya sambil melangkah masuk ke kelas.

Meninggalkan Soobin yang termangu di depan kelas dengan wajah yang nyaris meledak. Setelah itu ia bergegas pergi, menjauh dari kelas yang menjadi saksi bisu rasa malunya. Dia berharap siswa-siswi di dalam tak melihatnya yang salah tingkah karena gadis itu.

"HEI!"

Kedua kakinya spontan berhenti. Lalu ia berbalik ke belakang, menatap gadis yang menyembulkan kepala dari ambang pintu.

"Nama gue Zaskia Berliana! Jangan dilupain ya!!" seru gadis itu kemudian masuk ke dalam kelasnya lagi.

Sementara Soobin mematung di tempat. Mencatat nama gadis itu di memori jangka panjangnya. Dia nggak bakal lupa sama Zaskia. Cewek aneh yang berani bersikap nggak sopan kepadanya.

🕊️ BERSAMBUNG 🕊️

Blue BunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang