(^Tiga^)

67 24 2
                                    

"Hei, Bro!"

Pundak kirinya ditepuk. Menyentak kesadarannya yang berkelana di ingatan.

"Ngapain sendirian di kantin?" Seorang siswa berambut hitam dengan gaya mullet bertanya pada Soobin yang dari tadi sibuk melamun.

"Ngelamun.." timpalnya singkat lalu mengamat gaya rambut teman laki-lakinya yang tidak sesuai tata tertib sekolah.

Ini pelanggaran. Dia harus menegurnya lagi meskipun ia tahu bahwa teman laki-lakinya tidak akan memotong rambut dalam waktu dekat.

"Potong rambutmu sebelum saya memberimu rok."

Steffen menyengir. Mengangkat tangannya ke atas, membentuk peace tanda janji. Soobin cuma manggut-manggut karena paham sama tabiat pemuda itu yang bebal. Padahal bergaul sama Ketua OSIS kaya dia.

Tapi kelakuannya tidak mencontoh anak teladan seperti Soobin. Terkadang membuat para guru bingung jika melihat mereka yang selalu berdua kemana-mana. Sepertinya dua kutub yang saling berdampingan tetapi memiliki sifat bertolak belakang.

"Eh, Bro!" Steffen duduk di kursi sebelah kirinya lalu menyomot sebiji kentang goreng dari piring Soobin.

Soobin mendelik, memukul pelan tangan kanan nakal yang mencuri kentang gorengnya. "Belilah sendiri selagi kamu mampu."

"Masalahnya gue lagi bokek. Jadinya nggak mampu beli.." balasnya enteng sembari menyomot kentang goreng Soobin untuk kedua kalinya.

Soobin pun mendengus lantas membiarkan cowok itu mencuri kentang gorengnya. Dia tinggal memasukkan tagihannya ke daftar hutang Steffen dan menagihnya bila ada waktu.

"Oh, ya! Lo tahu Zaskia?"

"Gotik?"

"Bukan, bodoh! Zaskia Berliana, anak 11 IPS 2 yang baru seminggu sekolah di sini ituloh.."

Soobin ber-oh ria. Kalau itu, dia tahu. Kan dia yang bantu cewek tersebut menemukan kelasnya seminggu yang lalu. Meskipun Zaskia tak terlalu mengenalnya yang membuatnya dititeni oleh gadis itu saat upacara tadi.

"Lo pasti tahulah. Kan lo yang buat dia maju ke depan saat upacara tadi."

Soobin mendengus, menggerling malas saat temannya terkikik sambil menyenggol-nyenggol lengan kirinya. Steffen memang suka gitu, nggak jelas. Tapi dia nggak peduli sama tingkah gaje-nya asalkan tidak menyeretnya ke dalam masalah.

"Bin, lo gubris gue nggak sih?"

"Iya.."

Steffen berdecak. Punya teman kebelet sariawan gini amat. Susah banget diajak ngobrol.

"Ck, nggak asyik lo!"

Soobin tersenyum tipis lalu menyentil pelipis kanan pemuda di sebelahnya. Dia sebenarnya nggak bermaksud cuek bebek ke teman oroknya ini. Tapi sekarang ia lagi jaga image di sekitar Zaskia yang tampak melototinya dengan mata kucing.

Dia sadar kok dari tadi. Cuman pura-pura nggak sadar biar gadis itu tetap melihatnya. Meskipun bulu kuduknya berdiri gara-gara tatapan Zaskia yang setajam macan.

"Psst, psst.."

"Hm?" Soobin melongok, memandang remaja berambut blonde yang duduk di meja sebelah kanannya.

"Kia lihatin lo terus tuh.." ujar Hueningkai. Dia adalah salah satu siswa berdarah campuran Korea-Amerika yang bersekolah di SMA Nusa Bangsa.

Soobin mengangguk lalu melirik sekilas ke arah Zaskia yang langsung mengacungkan jari tengahnya. Gadis itu beneran tidak takut kena poin padahal dia jelas-jelas seorang Ketua OSIS. Dilihat dari seragam dan bed khusus yang ada di lengan kirinya.

Blue BunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang