Perasaan Nafisa berdebar semakin tidak terkendali, siapakah calonnya, yang ternyata masih anggota The Pirates tersebut, merujuk dari ciri-ciri yang dikatakan sang Mama, jelas itu bukan Bara.
Baiklah Bara tidak termasuk dalam nominasinya, itu berarti tersisa empat orang anggota inti The Pirates lainnya, Apakah dia Rigel? Alfa? Sky? Atau Noah? pikir Nafisa sambil memilin jemarinya dengan kasar, tangannya serasa mendingin, karena ia semakin gugup.
Dan pas sesuai dengan jam yang dijadwalkan, Nafisa dan kedua orang tuanya yang kebetulan telah tiba lebih dulu di acara privat dinner ini tampak menunggu resah keluarga sang calon. Jantungnya kian berdegup tidak menentu kala pintu dari privat room tersebut tampak di buka dari luar.
"Itu pasti mereka Pa," ucap Mamanya Nafisa, mereka bertiga lantas menoleh serempak kearah pintu.
Seorang wanita paruh baya dengan dress hitam dan tas mahalnya melenggang masuk, di susul pria paruh baya bersetelan jas hitam silver menyusul memasuki ruangan. Nafisa tampak melongokkan kepalanya ke balik tubuh mereka berdua, ia penasaran siapa calonnya, namun ternyata tidak ada siapa-siapa disana.
"Mana putra kalian?" tanya mamanya Nafisa.
"Mungkin sebentar lagi akan tiba, dia tadi tidak berangkat bersama kita, mungkin masih terjebak macet," ucap Mama Noah menoel lengan suaminya, berharap lelaki itu tidak keceplosan bicara jika Noah kabur, mereka tidak jadi memakai alasan Noah lagi sakit, takut pamali.
"Ooh begitu rupanya," papa Nafisa menyahut lega.
"Biasalah anak muda, nggak suka mobilan sukanya kebut-kebutan pakai motor," sahut Papa Noah.
Nafisa tersenyum getir, ia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, karena anak-anak seperti anggota The Pirates tersebut tidak mungkin menginginkan gadis seperti dirinya.
"Nafisa, ini tadi putra tante sempat menitipkannya ke Tante sebelum berangkat, dia sendiri loh yang milih cincinnya," ucap Mama Noah menyerahkan kotak cincin yang sejatinya berisi dua cincin namun tinggal satu cincin saja di dalam sana.
"Dasar anak berandal itu, coba dia datang tepat waktu, dia akan menyematkan cincin itu ke jari calon istrinya," gerutu Papa Noah.
Nafisa terdiam ia melihat cincin pertunangan mereka, ada permata dengan bentuk kepala ikan disana, yang ia tidak tau apa artinya tapi yang jelas bentuknya sangat lucu.
"Dicoba dulu, semoga ukuran jarinya pas," pinta Mama Noah.
Nafisa mengangguk dengan gugup ia mengenakan sendiri cincin tersebut. Ia lantas tersenyum simpul. Melihat jika ternyata ukuran begitu pas dengannya.
"Pas Tante," jawab Nafisa.
"Syukurlah, dia berpesan kalau nggak muat atau kebesaran agar dia tukarkan, tapi beruntung ternyata muat," ucap Mama Noah lagi.
"Baiklah, simbolisasi pengikatannya bisa kita laksanakan lebih serius nanti jika putra kami telah tiba, lebih baik kita makan malam dulu, bagaimana?" usul Papa Noah.
***
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, acara privat dinner telah usai sejak sejam yang lalu, tapi entah kenapa Nafisa masih setia berdiri di depan pintu privat room tersebut, bahkan kedua orang tuanya telah berlalu dari sana, dan mengatakan jika mereka menunggu nya di mobil.
Nafisa rupanya masih menunggu kedatangan calon suaminya, karena ia dengar akan menyusul dan mungkin terjebak macet mungkin sebentar lagi akan tiba, begitu pikirnya.
Sudah sejam ia berdiri disana, namun tak ada tanda-tanda kemunculan seseorang, ia seperti si dungu yang disuruh menunggu, namun tidak tau siapa yang sedang ditunggu nya.
Gadis itu tampak mengelus cincin di jari manisnya, ia penasaran sekali siapa sosok dibalik pemilihan cincin dengan model yang lucu tersebut.
Ia mengedarkan pandangannya, ke sekeliling masih sepi, terutama di lorong privat room
tempat ia menunggu tersebut.
"Pegal sekali ini kaki, kenapa dia nggak nongol-nongol sih," gumam Nafisa, kini gadis itu memilih duduk jongkok disana.
"Apa dia menolak rencana orang tuanya?" pikir Nafisa kemudian. Menyadari hal tersebut, gerimislah kedua kelopak matanya.
"Apa yang aku lakukan disini? Seperti gadis gampangan saja, yang sedang menunggu siapa saja yang akan membawanya pergi," gumam Nafisa lagi.
Akhirnya Nafisa kembali berdiri ia melangkah perlahan meninggalkan posisinya, ia akan kembali ke mobil kedua orang tuanya.
Tanpa Nafisa ketahui jika Noah memang benar-benar datang menyusul kedua orang tuanya, rupanya saat di markas Noah sempat berubah pikiran dan memutuskan untuk menghadiri acara privat dinner tersebut.
Namun lelaki itu tidak benar-benar masuk ke dalam ruangan, ia tidak siap melihat Nafisa, calonnya yang justru menyukai sahabatnya sendiri.
Kini Noah hanya memperhatikan gadis tersebut dari kejauhan ia tau jika gadis itu ternyata sedang menunggunya. Begitu Nafisa berjalan kian mendekat kearahnya, Noah dengan tenang membalikkan badan dan menyandarkan tubuhnya pada sisi lain dari pilar keemasan di bangunan tersebut.
***
Pagi ini Nafisa dengan gercep menghampiri sahabatnya, ia akan menceritakan momen semalam pada Gista. Sahabatnya yang tampak sedang menambal sulam PR nya itu, segera menutup bukunya demi mendengarkan cerita Nafisa.
"Whats going on? Kayanya lo lagi excited banget?" tanya Gista.
"Nih!" hanya satu kata yang ia ucapkan pada Gista, Nafisa menunjukkan jari manisnya yang telah dilingkari cincin dari Noah tersebut.
"Jadi lo?! Siapa calon lo?" bisik Gista.
"Nggak tau," jawabnya polos.
"Laaah!! Gimana sih lo, bisa-bisanya lo dijodohin sama anak orang, tapi lo nggak tau wujud spesiesnya?!"
"Dia nggak datang semalam, cuma ortunya doank, ortunya ngasih ini ke gue!"
"Gue juga lupa nanya siapa namanya," lanjutnya lagi.
"Masa lo nggak usaha nanya gitu ke nyokap lo?!"
"Nanya kok, kalo dari ciri-ciri yang Mama sebutin, kayanya dia anak The Pirates juga," jawab Nafisa.
"Yaudah gampang kalo gitu, ayo kita samperin anak-anak The Pirates yang pake cincin kaya punya lo ini," usul Gista antusias.
"Gue berharap sih cowok itu Bara ya, kasian aja biar cinta lo nggak bertepuk sebelah tangan!" lanjut Gista lagi.
"Bukan kayanya kalo Bara Gis, jauh dari ciri-ciri nya yang disebutin Mama."
Kini kedua gadis tersebut tengah berada di atas tribun menyaksikan anak-anak The Pirates yang tengah asyik bermain basket.
Di seberang tribun sana juga ada Kanaya dan Ekky yang sedang asyik bercanda berdua, yang Bara juga tampak sesekali menjaili Kanaya untuk melemparkan bola basket yang menggelinding kearah mereka dengan sengaja.
"Dari jarak sekian nggak mungkin bisa lihat dengan jelas, apakah ada cincin di jari mereka Gis," ucap Nafisa.
"Gimana caranya biar bisa mendekat kearah mereka ya?" tanya Gista.
Sementara itu Noah yang menyadari keberadaan Nafisa tampak memasukkan kalung titanium model rantai yang melingkar di lehernya ke balik kaos hitamnya. Ya Noah tidak memakai cincin tersebut di jarinya, melainkan ia gunakan sebagai bandul di kalungnya.
Saat sedang berebut bola basket dengan Sky, tanpa sengaja temannya itu melakukan elbow ke bagian dada Noah, hingga lelaki itu dengan jengkel mengumpatinya, ia lantas istirahat sejenak ke tribun tak jauh dari posisi duduk Nafisa.
Noah melirik sekilas, cincin yang ia pilih tempo hari tampak melingkar dengan baik di jari manis Nafisa.
Gadis itu telah resmi jadi miliknya, tapi entah kenapa Noah enggan sama sekali untuk mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noah & Nafisa (FIZZO) 『 𝓼𝓮𝓵𝓮𝓈𝓪𝓲 』
Roman pour Adolescents[Cerita selengkapnya terbit di Fizzo, namun saat ini proses publikasi sedang di tangguhkan oleh Platform tersebut] . Tentang Nafisa Zahrana pengidap gangguan distimia, yang di pertemukan dengan Noah Alsace sang eksekutor dari geng The Pirates. Aka...