Satu tahun yang lalu
Zevanya berjalan menuju kelasnya, dari arah WC perempuan terdengar suara tangisan, dia mendekatkan dirinya ke sumber suara. Tanpa aba-aba dia membuka pintu WC yang tidak terkunci, dia melihat perempuan yang sedang merokok menduduki tubuh wanita lain, WC sekolah SMA Pelita memang lumayan luas. Zevanya yang melihat itu seketika melotot dengan apa yang dia lihat, "lo ngapain buka WC yang lagi ketutup?" tanya gadis yang merokok itu.
"Lepasin gadis itu, lo nggak seharusnya gini," ujar Zevanya berani, membuat gadis itu marah dan berdiri. Dia memerintahkan gadis yang tadi didudukinya untuk berdiri juga, dengan menarik kuat rambutnya, "lo kenal dia?" tanya gadis pembully, diberi gelengan oleh korban. "NGGAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN GUE!!" bentak pelaku kuat-kuat, dari arah belakang ternyata ada guru yang tidak sengaja lewat, melihat gadis itu merokok dan menjambak siswa lain, membuat dia marah dan meminta gadis itu ke kantor segera.
Dia meninggalkan Zevanya dan korban bully di WC, saat berpapasan dengan Zevanya dia berbisik sesuatu, "lo bakal jadi boneka selanjutnya," kalimatnya berhasil membuat Zevanya merasa takut.
***
Zevano yang melihat Zevanya ditarik paksa oleh Devano sudah wanti-wanti apa yang akan dilakukan komplotan Alexa. Dia berlari terlebih dahulu ke gudang dan mendapati catokan yang sedang dipegang Diandra, "lo yakin ini nggak bakalan buat dia trauma?" tanya Diandra kepada Alexa. "Bagus dong kalau trauma, sekalian aja jadi gila," tawa Alexa yang membuat Zevano bergidik ngeri. Dia langsung tahu bahwa catokan itu dikhususkan untuk melukai adiknya, dia berlari menuju sekitar sekolah untuk mencari bantuan sebelum terjadi apa-apa kepada Zevanya.
Dia berlari tanpa arah, dia berusaha meminta tolong ke semua siswa yang masih ada di sekolah, nihil, semua orang menembusnya. Dia sangat bingung saat ini, semua orang tidak ada yang bisa melihatnya, dia terduduk lemas di koridor dekat lapangan. Dia menangisi takdirnya yang tidak bisa membantu adik kesayangannya.
"Lo nggakpapa?" suara itu, apakah itu untuk Zevano? Dia melihat ke sumber suara, laki-laki mengenakan seragam identitas SMA Pelita sedang melihat ke arahnya.
"Lo bisa lihat gue?" tanya Zevano memastikan, laki-laki itu mengangguk, dia mengulurkan tangannya untuk Zevano, diberi respon yang sama oleh Zevano. Seketika....
Wushhhh......
Keajaiban muncul, Zevano tiba-tiba bisa merasakan cahaya sore hari menusuk kulitnya. Hangat, batin Zevano. Dia berpikir tubuhnya bisa merasakan apa yang sudah lima tahun tidak dia rasakan, dia menyentuh pakaiannya, kaget dengan apa yang dilihatnya. Dia memakai seragam identitas SMA Pelita. Keheningan terjadi, dia langsung menyadari bahwa dirinya merasuki tubuh lelaki yang mengulurkan tangan. Namun pikirannya langsung tertuju ke arah adiknya, Zevanya tunggu kakak.
***
Catokan itu hampir mengenai tangan Zevannya, namun tiba-tiba dari arah belakang seseorang memukul punggung Devano sangat kencang dengan tongkat kasti, seketika dia pingsan. Semua mata tertuju padanya, laki-laki itu manarik Zevanya dan menendang perut Andreas kuat hingga dia meringis kesakitan, Andreas maju dan hendak melayangkan tinjunya ke arah laki-laki itu, ditangkisnya dengan tangan kanan dan berbalik menendang perut Andreas satu kali lagi, kemudian memutarkan tubuhnya 360° sambil menendang wajah Andreas, dia juga pingsan.Alexa dan Diandra yang melihat itu memilih kabur, namun sebelum terlepas, laki-laki itu menggenggam tangan Alexa dan menarik paksa rambutnya, "sekali lagi lo sakitin Zevanya, gue bakal hajar lo sekalipun lo cewek," bisik laki-laki itu dan melepaskan Alexa untuk melarikan diri.
Dia memfokuskan diri ke arah Zevanya, terlihat sangat lemas dengan penampilan berantakan, seragamnya basah karena keringat dan air mata. Dia memapah Zevanya keluar dari gudang, membawanya ke tempat yang lebih aman. Mereka memutuskan duduk di sekitar pohon besar, menyodorkan air minum untuk menenangkan Zevanya, dia juga sesekali melihat tangan gadis itu. Ternyata gue tepat waktu, batinnya.