4. Pulang Bareng

16 4 0
                                    

-SELAMAT MEMBACA-

Rafa benar-benar menepati ucapannya, cowok itu baru melepaskan Bella dan tentunya Fela setengah jam kemudian setelah kedua gadis itu selesai mengepel seluruh lantai perpustakaan.

Dan sudah 10 menit berlalu sejak Fela melangkahkan kaki dari perpustakaan kemudian terjebak di halte depan sekolah akibat gerimis yang melanda. Keadaan itu semakin diperparah oleh ponselnya yang kehabisan baterai. Fela bersumpah akan mencatat hari ini sebagai salah satu hari tersial dalam hidupnya dan Rafael Arsyad Prayuda adalah penyebabnya.

Fela memang biasa diantar jemput supir keluarganya atau kedua orang tuanya jika mereka tidak sibuk. Ayah dan bunda Fela tidak mengizinkan putri semata wayangnya untuk berkendara sendiri. Tadi siang Fela memberi tahu bundanya bahwa ia akan pulang terlambat karena sedang ada urusan dan akan menelepon kembali jika sudah selesai. Sekarang bagaimana cara menghubungi wanita yang sudah melahirkannya itu? Dirinya tidak membawa powerbank.

Sebenarnya Fela bisa menerobos hujan untuk kembali ke sekolah guna meminjam ponsel salah satu pengurus OSIS atau murid lain yang belum pulang karena masih mengikuti ekstrakurikuler, tetapi bunyi petir yang bersahut-sahutan menahannya untuk tetap di tempat.

Tidak ada tanda-tanda hujan akan reda, sebaliknya hujan turun semakin deras. Fela memeluk dirinya sendiri, udara dingin mulai menyergapi. Dirinya tidak membawa payung, jaket, mantel, atau apapun yang dapat menghalanginya dari percikan air dan udara dingin.

Fela kira ayahnya baru membeli mobil baru ketika sebuah Honda Civic Turbo warna hitam berhenti di depannya. Kaca pintu sebelah kiri turun memunculkan wajah sang pengemudi. Fela terkejut ketika melihat wajah siapa di sana, dan lebih terkejut lagi ketika laki-laki itu berteriak. "Masuk!" Entah kenapa tubuh Fela menurut begitu saja.

Fela masih berusaha mencerna keadaan di mana saat ini ia sedang berada dalam satu mobil yang sama dengan pria tidak asing yang baru ia caci maki selama duduk di halte tadi.

"Alamat?" Rafa kembali buka suara.

Fela menoleh, takut ia salah dengar. "Puri Indah," ucapnya ragu-ragu.

"Pake seat belt," titah Rafa. Fela mengangguk. Kali ini ia setuju, demi keselamatannya sendiri.

"Tumben lo bawa mobil?" Setahun sekelas dengan Rafa membuatnya cukup hafal dengan kebiasaan cowok itu yang selalu berpergian ke mana-mana dengan motor gedenya. Baru kali ini ia melihat Rafa membawa kendaraan roda empat.

"Ramalan cuaca bilang hari ini akan turun hujan." Fela manggut-manggut. Diam-diam kagum dengan sifat Rafa yang antisipatif, selalu satu langkah di depan. "Lo sendiri kenapa tadi belum pulang?" Cowok itu bertanya balik.

"Ponsel gue mati, gak sempet minta jemput." Bibir Fela mengerucut sebal. "Oh, iya!" Serunya ketika baru ingat sesuatu. "Boleh pinjem ponsel lo? Mau ngabarin bunda gue." Fela hanya bermodal nekat, semoga saja Rafa masih punya hati untuk mengasihaninya.

Rafa terdiam sejenak. "Di dashboard." Tunjuknya menggunakan dagu.

Fela mengerjap-ngerjap, persetujuan barusan terasa seperti keajaiban. Pertama, Rafa menumpanginya. Kedua, Rafa meminjamkan ponselnya. Rafa yang berbuat baik terasa seperti mimpi baginya.

Sadar bahwa mengabari bunda merupakan hal terpenting untuk saat ini, Fela buru-buru menyambar ponsel Rafa. "Password-nya?

RAFAELOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang