-SELAMAT MEMBACA-
"Maaf ya Rafa, tante sudah nuduh kamu yang enggak-enggak." Bunda merasa bersalah. Tangannya menjulurkan piring berisi tumpukan nasi kepada teman anaknya. Saat ini mereka sedang dalam agenda makan bersama.
Fela memutar mata jengah. Beberapa saat lalu ia dan Rafa diseret ke ruang tamu untuk disidang bersama ayah. Judul sidangnya, "Yah, Fela udah berani bawa cowok masuk ke dalam kamar!"
Namun, setelah diluruskan oleh Rafa dan tentunya Fela, kedua orang tuanya hanya bisa tersenyum tidak enak. Ayah langsung berkata, "Oh, ini yang namanya Rafa? Bu Hani udah ngerekomendasiin dia waktu ngebahas tutor fisika Fela di ruang BK dua hari lalu." Disusul dengan bunda, "Iya, tadi juga Bu Hani udah nge-chat bunda." Fela heran, baik di sekolah maupun di rumah ia selalu disidang dengan kehadiran Rafa sebagai saksi. Akhirnya, Rafa diajak makan malam bersama sebagai bentuk permintaan maaf.
"Terima kasih, Tante." Rafa menerima piring tersebut dengan senyum canggung.
"Makan yang banyak ya, kalau kurang nanti tante tambahin nasinya," ujar bunda dengan senyum lebar. Tangannya mendorong piring dan mangkuk berisi lauk pauk serta sayur mayur ke arah Rafa.
Fela menahan tawa menyaksikan Rafa yang terkejut melihat tumpukan nasi di hadapannya. Cowok itu pasti bingung bagaimana cara menghabiskan nasi sebanyak itu.
"Ayo, silakan dicoba menunya." Ayah ikutan menyuruh Rafa makan. "Fela, tolong ambilkan lauk dan sayur untuk Rafa. Mungkin dia masih malu-malu," kata ayah. Fela melolot, apa-apaan ini? Kok jadi dia yang melayani Rafa? Sudah seperti bunda yang menyiapkan makan ayah saja.
"Gak perlu, Om. Biar saya sendiri saja," tolak Rafa halus. Mau tak mau ia menyendok beberapa rendang dan sayur capcay yang menjadi menu hari ini.
"Itu telur balado dan bihun gorengnya dicoba juga." Bunda menyebutkan hidangan lain yang belum disentuh Rafa. Lagi-lagi Rafa harus memindahkan kedua makanan tersebut ke piringnya karena bunda sudah berniat mengambilkannya.
"Gimana? Enak?" Tanya bunda antusias. Padahal Rafa baru memasukkan sendok ke dalam mulutnya.
"Enak, Te." Rafa menjawab setelah makanannya masuk ke dalam kerongkongan.
"Syukur deh kalau kamu suka, nanti sering-sering makan di sini ya." Ucapan bunda barusan membuat Rafa tersedak.
"Aduh, Rafa keselek! Tolong kasih minum, Fel." Bunda panik. Fela segera menuangkan minum dan memberikannya ke Rafa. Dalam hati ia merasa kasihan, pasti cowok itu tertekan dengan tingkah keluarganya yang super aktif.
"Bunda sih ngajak ngobrol terus," ujar Fela.
"Duh, maaf ya Rafa." Lagi-lagi bunda merasa tidak enak.
"Gak kok, Tante. Ini salah saya karena makannya gak hati-hati." Rafa mengulas senyum. Fela mendecih dalam hati, muka dua sekali Rafa ini kalau di hadapan orang tua.
Setelah hening beberapa saat, ayah membuka obrolan. "Rafa ini yang kemarin nganterin Fela pulang ya?"
Rafa mengangguk. "Iya, Om." Fela menunduk. Mampus, ketahuan deh kalau beritanya diantar pulang cowok jadi trending topic di rumah.
"Kenal Fela dari kapan?" Tanya ayah lagi.
"Dari S-..."
"Dari kelas 10, Yah. Dia temen sekelas aku di X IPA 1 dulu," sambar Fela.
Ayah manggut-manggut. "Sekarang di kelas XI apa?" Ayah tahu, tidak mungkin Rafa bergabung dengan putrinya di kelas buangan XI IPA 5.
"Kelas XI IPA 1, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELOGI
Подростковая литератураBagi Rafaela, Rafael hanya lah cowok kutu buku galak yang kaku dan membosankan. Bagi Rafael, Rafaela yang menganut prinsip YOLO adalah tipikal gadis manja dan urakan tanpa masa depan. Rafael dan Rafaela yakin takdir mereka tak akan pernah beririsan...