5. Rumah

9 2 0
                                    

-SELAMAT MEMBACA-

Suasana rumah sangat sepi ketika Fela tiba. Berdasarkan info dari asisten rumah tangga, kedua orang tuanya belum pulang, mereka baru pulang sekitar jam 7 malam nanti.

Fela mengeluarkan surat pemanggilan orang tua yang ia dapat hari ini dari dalam tas dan memutuskan untuk menaruhnya di meja ruang tamu, sengaja ia taruh sana agar ayah dan bunda dapat langsung membaca tanpa perlu repot-repot ia jelaskan.

"Bi, aku naruh surat di atas meja. Jangan diapa-apain ya!" Peringatnya pada ART yang bekerja. Bisa repot jika bibi mengira itu sampah dan membuangnya.

"Siap, Non!" Teriakan dari dapur menjawabnya.

Selanjutnya Fela naik ke kamarnya di lantai dua. Ketika dibuka, tampak ruangan yang didominasi warna pink dengan ornamen berupa pelangi di beberapa sisi. Jangan kira Fela salah satu anggota komunitas menyimpang, ia memang terobsesi dengan pelangi sejak kecil. Tidak ada alasan khusus, menurutnya pelangi indah saja.

Fela menaruh tasnya di atas kursi, kemudian mengisi daya ponselnya yang mati total. Karena bosan ia hanya merebahkan diri di atas kasur dengan sesekali berguling ke kanan dan kiri. Kegiatan tersebut diakhiri dengan dirinya yang tertidur pulas dan baru bangun menjelang magrib.

Fela mengucek matanya yang masih enggan untuk terbuka. Diliriknya jam beker di atas nakas. Satu jam lagi orang tuanya akan pulang. Bisa gawat jika mereka tiba dan dirinya belum mandi, ocehan sepanjang kereta api akan siap menanti.

Tidak ingin hal itu terjadi, Fela segera bangkit dari kasur dan duduk di depan meja rias. Fela merapikan rambutnya yang seperti habis terkena badai menggunakan sisir warna-warni. Belasan rambut yang patah tergeletak di lantai sebagai hasil dari kegiatan sisir-menyisirnya, belum lagi rontokan rambut yang tersangkut di benda bergerigi itu. Fela memungut satu per satu dan menyatukannya dalam bentuk gumpalan.

Fela memindahkan seluruh rambutnya ke depan agar bisa melihat bagian yang dicat. Fela sadar betul bahwa kerontokan rambutnya disebabkan oleh hobinya yang suka gonta-ganti warna rambut. Namun, ia tidak merasa kapok atau ingin berhenti. Prinsipnya, "Warnailah rambutmu sebelum kamu gak punya rambut."

"Hm, warna biru udah. Bulan depan warna apa ya?" Fela mengabsen urutan warna pelangi. "Ah, nila!" Berarti bulan depan warna indigo akan menghiasi rambutnya. Fela memang punya jadwal ganti warna rambut dua bulan sekali.

Fela membuang gumpalan rambut miliknya ke kotak sampah yang terletak di luar kamar, sengaja ia taruh luar agar kamarnya tidak berbau kurang sedap dan bibi dapat membuang isinya dengan mudah.

Fela menghabiskan waktu selama 15 menit di kamar mandi. Ia keluar dari dalam sana menggunakan bathrobe sambil menenteng seragamnya yang akan dimasukkan ke dalam laundry bag. Fela mempunyai masing-masing dua seragam yang sama agar tidak kebingungan jika salah satu seragam kotor atau sedang dicuci.

Tok.. tok.. tok..

Fela langsung memasang posisi waspada ketika pintunya diketuk. Bagaimana pun juga ia belum berpakaian lengkap dan lupa mengunci pintu. "Siapa?" Tanyanya.

"Ayo turun, sayang. Kita makan malem bersama." Fela melirik jam dinding, tak disangka-sangka ayah dan bundanya pulang lebih awal.

"Iya sebentar, Bun. Nanti aku turun," jawabnya.

Setelah suara bunda tidak terdengar lagi, Fela buru-buru memakai pakaian dalam dan baju tidur yang asal ia ambil dari dalam lemari. Tangannya menarik sandal rumahan dari kolong ranjang untuk dipakai turun ke bawah.

RAFAELOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang