Bab 4] kacau

1K 100 7
                                    

Aliran waktu terasa berhenti, pandangan mata yg saling mengunci satu sama lain. Kedua terlarut akan pemikiran masing-masing.

Tangan putih jay yg masih setia bertenger diwajah owen. Jay ingin menariknya namun owen menahannya, sepasang iris biru jernih yg memberinya peringatan untuk menurut. Meski tak ada satu kalimat yg terucap dari bibir owen tubuhnya seolah paham akan permintaan itu.

Seperti sebuah sihir, dua orang yg biasanya saling melempar tatapan benci kini malah saling menyelami keindahan mata lawannya. Tidak ada tatapan sinis ataupun ucapan sarkas yg biasanya owen lontarkan.

Dia diam, mengamati setiap inci wajah jay.

Baru ia sadari kalau ternyata pria dengan penampilan cupu itu memiliki wajah yg lumayan manis.

bola mata berwarna abu pucat dihiasi oleh bulu mata panjang nan lentik, hidung mancung bak perosotan, pipi berisi yg terlihat berisi, dan jangan lupakan sepasang bibir menggoda yg sewarna buah plum.

Owen mengaligkan pertahiannya kearah bibir pink yg menjadi puncak dari segala rasa penasarannya. Bagaiamana rasanya? Jujur saja owen ingin mencicipinya.

 Bagaiamana rasanya? Jujur saja owen ingin mencicipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jay, aku.."

Entah dorongan dari mana tubuhnya malah bergerak maju, terhasut oleh keinginan alam bawah sadar yg menjerumuskan owen kedalam rasa penasqrannya.

Jarak yg hanya tersisa sejengkah, namun anehnya anak laki-laki yg lebih pendek seakan tak memberikan penolakan. Dia hanya diam mematung, mata abu itu menatap dengan pancaran kepolosan.

Hembusan nafas hangat saling bertautan, kelopak mata perlahan tertutup dan..

.
.

"Apa yg kalian berdua lakukan?!"

Suara shelly cukup untuk membuat jay langsung sadar dan bergegas mendorong bahu lebar itu menjauh.

Shelly cepat-cepat menarik jay menjauh, tanpa berkata apapun dia melengang pergi bersamanya. Meninggalkan pemuda jangkung yg masih mematung ditempat dengan ekpresi yg tak bisa dijelaskan.

...

Sepulang dari rumah shelly, jay langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Ia cukup kelelahan, bukan hanya tubuhnya namun juga otaknya. Tak ada kendala dalam tugas yg ia kerjakan, yg menjadi masalah jay sendiri tak bisa fokus dalam mengerjakannya.

Padahal sebelum - sebelumnya jay tidak pernah seperti ini. Terlebih lagi orang yg menjadi alasan ketidak fokusannya adalah pemuda berambut pirang itu, seseorang yg jay sendiri benci.

"Hhhaa~ mengapa aku tidak menolaknya tadi..?"

Masih dengan penyesalan diri, banyak pertanyaan bermunculan dibenaknya. Sumpah demi bukannya menerima perlakuan owen padanya, hanya saja mendadak tubuhnya menjadi kaku dan entah sihir dari mana jay sendiri malah terhipnotis oleh visual yg dimiliki owe .

Third ending (Owenjay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang