Diatas ranjang rumah sakit, seorang anak laki-laki terbaring lemah, dipunggung tangannya terpasang sebuah jarum infus. Dadanya naik turun stabil, menandakan bahwa ia masih hidup.
Perlahan kedua kelopak mata membuka, bau obat-obatan menyegat indra penciuamannya, ruangan yg serba putih, tempat yg tidak terasa asing untuknya.
"Kamu sudah bangun jay?" Suara berat dari orang sebelah memecah lamunannya.
Ia mengerjap beberapa kali, memfokuskan pandangannya yg masih terasa kabur.
"Pak.. guru?" Lirih dan lemah.
Jay berusaha merubah posisinya tetapi tak berhasil, seluruh tubuh terasa kaku dan sulit digerakan. Kesadaran yg masih belum sepenuhnya kembali.
"Jangan dipaksakan, kata dokter kondisimu masih lemah boy." Ujar pak nam.
Guru itu memberikan segelas air, ia membantu salah satu siswanya itu untuk meminumnya.
"Apa yg terjadi?"
"Kamu ada di rumah sakit."
"Rumah sakit? Bagaiamana bisa saya disini pak..?"
"Aku tidak tau detailnya, hanya saja saat seseorang menemukanmu kau sudah dalam keadaan tak sadarkan diri."
"..."
Jay terdiam, ia mencoba mengingat-ingat kembali waktu sebelum dirinya kehilangan kesadaran.
".. jay, jujur pada bapak, sebenarnya apa yg terjadi? Kamu tidak mungkinkan mengkonsumsi sesuatu yg berbahaya?"
"Maksud.. bapak?"
"Haa~ kamu keracunan makanan jay.."
"Keracunan?"
Jay lebih kebingungan akan ucapan wali kelasnya itu, dia tidak memiliki riwayat sakit dan sangat tidak mungkin kalau dia bisa sampai keracunan.
Lama terdiam, tiba-tiba ia kembali teringat akan sesuatu Hal yg sangat penting baginya.
'Tunggu.. lalu bagaimana dengan ujiannya..?'
"Pak berapa lama saya disini?"
"sudah 3 hari jay, terhitung dengan hari ini."
Deg
Bagai tersambar petir disiang hari, mimpi buruk datang menambah derita
Ekpresinya berubah seketika, ketakutan dan khawatir memenuhi isi pikirannya. Tidak bisa dipercaya kalau tiga hari terlewat. Dia mencoba untuk bangkit namun segera dicegah oleh gurunya.
Terlihat sekali bahwa anak laki-laki itu sangat panik, air muka yg pucat dan bibir bawah digigit kuat.
"Bapak juga sudah menghubungi orang tuamu, mereka pasti khawatir padamu."
Jay tersenyum kecut mendengar lanjutan kalimat itu.
'Khawatir huh?'
Apakah benar ayah dan ibunya khawatir tentang kondisinya, sedangkan yg mereka inginkan tidak bisa jay lakukan.
"Pak.. bagaimana dengan ujian saya?" Dia sedikit ragu untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Third ending (Owenjay)
أدب الهواةTidak ada yg tau dengan siapa hati ini akan berlabuh. terkadang cinta itu random, tak ada yg dapat menebak dengan siapa engkau jatuh cinta. Hanya berisi tentang kisah seorang pemuda kutu buku bernama jay, yg terlibat dengan sikembar, murid pindahan...