Matahari menyelusup masuk dari balik jendela besar yang berada di sampingnya, untuk mata pelajaran terakhir Jaemin mengikuti pelajaran itu meskipun pandangan beberapa orang sangat menusuk. Ah, Jaemin benci melihat hal itu. Pandangan orang-orang yang selalu berprasangka buruk padanya, atau pandangan jijik sekalipun.
Jaemin memang bukan siswa yang bermasalah, tapi semenjak menjadi korban perundungan dari SMP tanggapan mereka tentu saja berbeda.
Jam pelajaran telah habis, Jaemin merapikan peralatan sekolahnya kedalam tas kemudian bergegas dengan cepat tanpa memperdulikan ucapan Jeno. Lelaki tinggi itu menatap ke kolong meja yang berada di bawahnya. "Jaem... Tunggu" cicitnya pelan. Mengambil buku bersampul biru dengan gambar pelangi di depan nya. Jeno mengerutkan keningnya.
Ah, ini akan menjadi topik pembicaraan nya nanti dengan Jaemin. Semoga saja dengan buku ini suasana mereka kembali mencair.
Sesampainya di apartemen, Jeno meletakkan sepatu kets miliknya ke rak, dan melempar asal tas nya ke atas kasur. Dia penasaran dengan isi buku itu, tanpa ragu Jeno membaca semuanya. Mulai dari lembar pertama hingga terakhir, ada satu bagian dimana ia benar-benar di buat terkejut.
"Aku mencintaimu selayaknya angin, kau hadir, berkeliaran di sekitarku, namun takkan pernah mampu ku genggam, tak dapat ku miliki. Pernah kah kau bertanya mengapa bulan disana hanya sendirian? Karena aku adalah teman rembulan yang selalu mengutarakan nama mu padanya. Jeno, sanggupkah kamu berada di posisiku? Mencintai seseorang di kejauhan itu sangat konyol. Entah aku terlalu pintar menyembunyikan perasaan atau terlalu bodoh dalam menyatakan.
Haha, mimpi apa aku semalam sampai berani bicara begitu... Tapi sungguh, aku bukan mencintaimu hanya tampang mu yang sempurna, latar belakang mu yang paripurna. Hanya saja, ketika mata kita saling menatap, degup jantungku berdegup kencang seolah ia berbicara kau adalah orang nya. Napasku sesak, kurasa ini yang namanya penyakit jatuh cinta.
Di setiap lembar tulisan yang menyatakan kau orang nya. Bab ini paling berbeda. Aku menulis nya di saat hujan turun, aku tidak benci hujan, juga tidak menyukainya. Tapi saat melihatmu tengah keluar dari toko sambil hujan-hujanan dengan sepeda motormu rasanya itu keren. Kau seperti tokoh utama dalam suatu cerita. Bak seorang penunggang kuda dengan jubah putih.
Aku suka harum tubuhmu, parfum apa yang kau pakai sehingga berani sekali membuatku mabuk terbuai? Aku ingin sekali berada dalam sebuah dekapan, ingin ku hirup sampai aku kalang kabut karena aroma mu.
Apa makanan favorit mu? Jika berkenan aku ingin memasakkan nya untukmu. Jenis film apa yang kau suka? Aku belum pernah masuk ke bioskop jadi akan ku ajak kau pada pameran yang selalu di adakan di taman kota, kita tonton film layar lebar disana bersama dengan masyarakat lain.
Indah sekali harapan ku, meskipun takkan pernah terwujud setidaknya aku memiliki rencana. Aku melihatmu Jeno."
Matanya terbelalak sempurna, benar kan ini cerita tentang nya? Sampai sebanyak ini?
"J-jaemin, suka padaku??!"
-
Kali ini banyak sekali pengunjung yang datang ke taman, tidak aneh. Ini kan hari Sabtu, banyak muda mudi atau anak-anak yang datang bersama orang tuanya untuk sekedar bermain di beberapa wahana atau menjadikan tempat ini menjadi tongkrongan untuk arena berpacaran.
Shift nya sudah berakhir, Jaemin melepas kepala maskot yang di pakainya. Keringat mengucur, wajahnya merah total. Tapi semua rasa lelahnya dapat tergantikan saat atasan nya memberikan amplop kepala nya. "Kau berkeja keras anak muda. Padahal bayaran disini tak seberapa, tapi kau tidak pernah bolos kerja"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] senja tak berwarna . nomin
Подростковая литература"tentang aku, Na Jaemin yang selalu diam di kejauhan lalu berpikir untuk mengagumi mu, Lee Jeno." bxb. 030323 || 1 #schoolife 090423 || 1 #teenfanfiction 100523 || 1 #nctfanfic 130623 || 1 #najaemin 130623 || 2 #nomin