"foundation?"
Sekujur tubuhnya menegang sempurna, menatap Kim Minju yang juga menatapnya penuh selidik. Dapat Jaemin lihat bahwa foundation di wajahnya menempel pada jari Minju karena gadis itu menguyel pipinya lumayan keras.
"I-itu—"
"Eh! Kalian disini ternyata!" Mark menyeru dari arah belakang, membuat kedua orang itu menoleh secara bersamaan.
Mark merangkul bahu Minju sambil mengacak rambut blondenya. "Hey, Jaemin itu jerawatan jadi dia menutupinya dengan foundation agar tidak terlihat. Kau malah merusak riasannya. Dasar." Celetuk Mark.
Minju nyengir mendengar itu, Jaemin dapat bernafas dengan lega setelah mendengar pembelaan dari Mark.
"Ohiya, aku juga suka melakukannya padahal. Kalau gitu Jaemin, kebetulan aku bawa concealer, kau mau pakai?"
"Tone warnanya cocok denganku tidak?"
Minju mengeluarkan concealer miliknya dari dalam tas kemudian memberikannya kepada Jaemin. "Agak cerah sedikit dari kulitmu, tapi kalau di blend hasilnya natural kok, lumayan untuk menutupi jerawat mu."
Jaemin menerima concealer itu sambil tersenyum. "Terimakasih ya, aku akan pakai sedikit." Kemudian Jaemin pergi ke kamar mandi untuk merapikan penampilan nya.
"Jaemin itu lucu ya? Padahal kulitnya tidak secerah submisiv lain, terus wajahnya juga banyak bintik matahari gitu. Tapi dia lucu."
Mark mendengarkan ucapan gadis itu sambil menggeleng heran. "Dasarnya anak itu memang sempurna."
-
Jaemin berdiri di depan sebuah toko roti, satu menit yang lalu Jaemin juga sudah mengabari Jeno kalau dia sudah pulang. Kalau di ingat, kejadian beberapa waktu lalu, kalau saja Mark tidak datang, pasti semuanya akan terbongkar. Dia perlu berterimakasih kepada Mark.
Dia membeli beberapa roti kering dan juga roti dengan isian coklat.
Suara deru motor menyapa pendengarannya, Jaemin menoleh ke samping jalan, melihat Jeno yang baru saja melepas helm yang di kenakan nya.
"Eh?" Jaemin mengerjap, membuat matanya semakin membulat, juga efek dari lensa kontak yang dia pakai. "Kok, datang?"
"Aku akan menjemputmu." Ujar Jeno, menatap Jaemin dengan ekspresi yang datar.
Dia diam beberapa saat, mencerna apa yang baru saja terjadi. Jadi, dengan kata lain Jeno menyuruhnya untuk menghubungi nya lebih dulu karena ingin menjemput Jaemin pulang?
"Apa ini terlalu berlebihan?" Tanyanya, menggenggam erat jantung plastik berisi roti di tangannya.
"Hm?"
"Maksudku... Kalau Seungmin lihat, dia bisa salah paham."
"Itu memang tujuanku."
Jaemin menggeleng pelan. "Aku teman Seungmin, kamu lupa ya? Kalau terus menghabiskan waktu denganku, pasti Seungmin akan salah paham." Ujarnya pelan dengan kepala yang menunduk, menatap kedua sepatu putihnya.
"Kamu yang salah paham." Kata Jeno seraya memasangkan helm di kepala Jaemin.
"Kenapa aku??"
Pandangan mereka bertemu satu sama lain, "Aku akan mengatakannya kalau kau mau ikut denganku."
Bibir nya mengerucut kesal, bagaimana dia tidak ikut kalau helm saja sudah terpasang di kepalanya. Mau tak mau akhirnya Jaemin menurut dan duduk di boncengan Jeno dengan mulut terkunci rapat. Entahlah, Jaemin bingung. Meskipun dia memang menyukai nya, tetap saja hal yang begini itu salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] senja tak berwarna . nomin
Genç Kurgu"tentang aku, Na Jaemin yang selalu diam di kejauhan lalu berpikir untuk mengagumi mu, Lee Jeno." bxb. 030323 || 1 #schoolife 090423 || 1 #teenfanfiction 100523 || 1 #nctfanfic 130623 || 1 #najaemin 130623 || 2 #nomin