BAB 10

6.8K 620 13
                                    

Jreeeshhhh

Suara air kran yang keluar kini mulai membasahi wajahnya, penghalang yang selalu melekat di kulit wajahnya luntur bersama dengan air yang mengalir menuju pembuangan di wastafel.

"Huh... Sora ini ada-ada saja, ya?"

Submisiv itu menyibak rambut coklat madunya yang juga sedikit basah, menatap dirinya sendiri dari balik pantulan kaca cermin yang berada di depan nya.

"Sudah lama sekali."

Wajahnya tanpa kacamata serta make up bintik matahari itu hilang dari wajahnya. Bibir berwarna merah muda yang selalu terlihat basah itu mengeluarkan desahan kecil.

Mungkin orang lain mengira ini bukan Jaemin, karena yang mereka kenal adalah Jaemin si cupu dengan kulit kusam serta bintik matahari di wajahnya. Padahal itu semua adalah akal-akalan Jaemin untuk menyembunyikan wajah aslinya.

Ia tersenyum kecut, mengeluarkan kembali foundation dengan warna yang sedikit gelap dari kulitnya, memakainya tipis kemudian Jaemin juga membuat bintik matahari dengan eyeliner yang tentu saja Jaemin beli sendiri.

Suara derap langkah mendekat membuat Jaemin was-was. "Ada orang yang datang??" Matanya membola.

Dengan cepat dia menyelesaikan kegiatannya. Memakai kacamata yang sedari tadi Jaemin simpan di meja wastafel, menata kembali rambutnya untuk menutupi kening. Jeno masuk ke dalam kamar mandi.

"Oh, kau sudah selesai."

Jaemin mengangguk sambil tersenyum. "Sudah, mau pulang sekarang?"

"Boleh. Sebelum itu mampir cari makan dulu." Katanya yang di balas oleh anggukan Jaemin.

Jeno menatap baju Jaemin yang basah, kemudian melempar jaket yang awalnya Jeno pakai sendiri. "Pakai itu, nanti masuk angin bisa sakit."

"E-eh?"

"Pakai saja."

Senyuman itu nampak di wajahnya, Jaemin segera memakai jaket milik Jeno yang ukurannya terlalu besar di tubuhnya yang kecil. "Terimakasih, nanti akan ku cuci."

"Jaemin."

"Ya?"

Laki-laki itu mendekat ke arahnya, pada tiap langkah yang Jeno ambil membuat Jaemin juga ikut mengambil langkah mundur. Sampai dia tidak sadar kalau punggungnya sudah menyentuh tembok kamar mandi. Hembusan napasnya menyapa permukaan kulit Jaemin, jarak di antara mereka sangat dekat.

"Maaf." Katanya.

Yang lebih pendek mendongak, alhasil hidung mereka bersentuhan. Semburat di wajahnya sangat kontras, begitupun dengan ujung telinga Jeno yang memerah. "K-kenapa minta maaf?" Jaemin kembali menunduk.

Kedua tangan Jeno mengunci tubuh Jaemin pada siap sisi nya. "Aku melakukan kesalahan."

"Jaemin?"

"Ya..?" Jaemin masih menunduk.

"Lihat aku."

Wajah anak itu kembali mendongak, mata rusanya membulat sempurna dari balik kacamata bening yang di pakainya. Jeno tersenyum. "Kau cantik. Kalau orang lagi ngomong itu tatap matanya bukan malah nunduk."

"Aku mana berani." Dia menghela napas panjang.

Jawaban yang terdengar konyol sekaligus lucu bagi Jeno. Ia merapikan rambut Jaemin yang sedikit berantakan. "Boleh ku katakan sesuatu?"

"Apa?"

"Aku senang pergi denganmu."

Kumohon, jangan membuatku salah paham, Jeno.

[ ✔ ] senja tak berwarna . nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang