Mata elang nya menatap lurus pada seseorang yang baru saja memasuki gerbang sekolah, saat ini masih terbilang sangat pagi, dan di jam jam segini Jaemin akan datang ke sekolah untuk membereskan kelas walaupun bukan jadwal piketnya sekaligus. Menurutnya, kebersihan adalah cara utama supaya kita bisa fokus belajar.
Anak berkacamata itu hendak memasuki kelas, namun pemilik mata elang itu langsung mencegahnya. Jaemin tersentak sembari memegangi dada nya. Reflex.
"J-jeno??" Netra coklatnya membulat dari balik kaca bening itu. Jeno mengangguk.
"Ikut aku sebentar" katanya. Jaemin yang masih kebingungan mau tidak mau mengikuti langkah Jeno dari belakang, pergelangan tangan nya masih berada dalam genggaman Jeno.
Jaemin baper? Ini bukan saat nya. Dia masih kebingungan.
Sesampainya di belakang gudang sekolah, Jeno baru sadar kalau sejak tadi dia memegang tangan Jaemin. Dengan cepat dia melepaskan tangan anak itu. "S-sorry" Jeno gugup sendiri melihat Jaemin yang menatapnya dengan ekspresi blank.
"Kenapa pesan ku nggak di bales padahal kamu udah baca"
"Hah?"
Kening Jeno mengkerut samar, dia mengulurkan tangan nya. "Ponselmu, berikan" orang di depan nya masih terlihat kebingungan sebelum Jaemin benar-benar menyerahkan ponsel miliknya.
Jeno tanpa ragu langsung membuka halaman obrolan milik Jaemin lalu membuka ruang pesan miliknya. Menunjukan layar ponsel itu kehadapan Jaemin. "Lihat, nomorku saja bahkan belum kau simpan" ketus lelaki itu.
"Ehh, jadi itu beneran nomor kamu?"
"Iya, lalu siapa lagi?"
Jaemin menggeleng dengan cepat, Jeno mengembalikan ponselnya setelah dia sendiri yang menyimpan nomor miliknya di ponsel Jaemin. "sudah ku simpan"
"Iya..." Jaemin menatap layar ponselnya, pipi nya memerah sebelum Jeno kembali angkat bicara.
"Omong-omong, di jam olahraga nanti murid laki-laki di kelas kita akan bertarung basket dengan kelas lain. Kau akan ikut menonton?" Tanyanya.
Jaemin tersenyum sebentar lantas menggeleng kecil. "Maaf tapi aku harus ke perpustakaan, kau tidak lupa kan besok lusa akan ada ulangan harian matematika? Aku harus belajar"
"Kali ini saja" pinta Jeno, menatap Jaemin lekat. Yang di tatap seperti itu hanya dapat merasakan detak jantung nya yang hampir melompat keluar. Sungguh, ada apa dengan Jeno?
Padahal hari-hari sebelumnya dia biasa saja. Bahkan sama sekali tidak pernah menyapa nya. Tapi lihat sekarang, bahkan mereka tengah mengobrol. Seperti orang yang sudah dekat.
"Jaemin?" Tegur Jeno karena belum mendapat jawaban.
"Iya! Baiklah"
"Ajak Seungmin juga" sambung nya.
Jaemin mengangguk pelan. Sebelum Jeno memutuskan untuk pergi dan meninggalkan nya di tempat yang sama. "Ajak Seungmin juga? ..." Jaemin terdiam.
Otaknya kembali berfungsi, memasukkan ponsel miliknya kedalam saku celana. Dia melangkah pergi menuju kelasnya sambil di iringi dengan helaan napas beratnya. "Apa yang kau harapkan sih Na? Rumor tentang Jeno yang menyukai Seungmin itu sepertinya benar." Ia bergumam.
Sesampainya di kelas, Jaemin langsung membersihkan seluruh kelas nya tanpa bantuan siapapun. Setelah di rasa cukup bersih barulah dia duduk lalu membaca buku komik yang di bawanya. Jaemin itu seorang otaku.
Dia menunduk melihat ada sesuatu di bawah meja nya. "Siapa yang menyimpan nya?" Dia mengambil kotak yang berada di bawah meja nya lalu membuka nya karena rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] senja tak berwarna . nomin
Novela Juvenil"tentang aku, Na Jaemin yang selalu diam di kejauhan lalu berpikir untuk mengagumi mu, Lee Jeno." bxb. 030323 || 1 #schoolife 090423 || 1 #teenfanfiction 100523 || 1 #nctfanfic 130623 || 1 #najaemin 130623 || 2 #nomin