2

5 0 0
                                    

Jeanne akhirnya keluar dari kamarnya, setelah proses perenungan selama tiga jam ia menyerah oleh lambungnya yang berontak. Ia menuju taman belakang yang menghadap pantai, tempat semua kru bersenda gurau, keramaian bisa terdengar dari ujung jalan.

Ia mengenakan dress biru muda selutut yang dilapisi kardigan putih. Meskipun tanpa polesan make up, Jeanne tetap terlihat cantik. Rambutnya yang panjang terhilir angin malam dari sela pohon-pohon taman, kulitnya bersinar saat terkena sorotan lampu, wangi yang melekat dengan tubuhnya terbawa bersama angin malam.

"Yah, kok baru turun sih mbak Jeanne? Makanannya udah pada habis" sapa seorang kru.

"Gak apa-apa bang, masih kenyang juga" Jeanne tersenyum simpul, parasnya memang tidak ada duanya, pancaran seorang bintang lekat pada dirinya.

"Je,  mau makan sekarang? Saya udah pisahin makanan buat kamu" tiba-tiba suara Cakra terdengar menghampiri.

"Oh ya ampun mas, padahal gak usah"

"Gak apa-apa, soalnya tadi saya khawatir kamu kehabisan makanan, sebentar ya"

Cakra beringsut dan menghilang dibalik sekat dapur, kemudian kembali dengan sebuah nampan dengan beberapa piring terisi makanan diatasnya.

"Ayo makan dulu" Cakra menaruh nampan di atas meja makan dan menata piring yang berisi berbagai macam hidangan laut, kepiting saus padang, cumi goreng telur asin, udang bakar madu, dan tumis sayur kailan, semuanya tersaji dalam porsi kecil.

"Ayo Jeanne, saya juga belum makan"

"Loh kok belum makan mas?"

"Nungguin kamu"

"Padahal niatnya tadi gak mau makan malam"

"Itu dia, makanya saya sengaja tunda makan biar kamu juga ikutan makan. Nanti sakit, jangan dibiasakan nggak makan. Ayo duduk"

Cakra menarik kursi disebelahnya, mempersilahkan Jeanne untuk duduk satu meja dengannya kemudian menggeser kursi itu sesaat Jeanne hampir mendudukinya. Ia mulai menuangkan nasi ke sebuah piring, juga beberapa lauk di atasnya.

"Silahkan"

"Mas, aku bisa ambil sendiri"

"Kalau kamu yang ambil, pasti sedikit. Ini, habiskan ya"

"Banyak banget mas"

"You still beautiful no matter how, jadi gak usah takut gemuk"

Jeanne kehabisan kata, ia hanya bisa mengikuti titah Cakra untuk menghabiskan makanan dipiringnya. Mereka menyantap hidangan laut yang sudah disediakan sang produser film dengan nikmat.

"Padahal kepiting itu dagingnya enak, tapi kenapa ya cuma sedikit?"

Jeanne berusaha keras mengorek isian daging kepiting, Cakra tersenyum dan meraih cangkang beserta alat capit yang di pegang Jeanne, dengan lihai ia mengeluarkan isi dagingnya dan menyimpannya dipiring Jeanne.

"Itu sebabnya Tuan Krab karakternya pelit, karena isi dagingnya juga sedikit"

"Harus banget ya inspirasinya dari situ? Kayanya mas Cakra suka acara kartun" Jeanne tersenyum dan menikmati daging kepiting  yang telah Cakra sajikan.

"Iya kalau di rumah, anak-anak adalah penguasa tv. Tapi memang semua cerita itu kan memang ada sangkut-pautnya dengan kehidupan asli, meskipun cuma kartun"

Jeanne tersenyum ke arah Cakra yang tengah asyik mempreteli cangkang kepiting, yang disimpan lagi dipiring Jeanne.

"Mas tahu gak awal mula ikan hidup di air?"

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang