9

1 0 0
                                    

Aku tidak punya alasan mengapa aku mencintai langit dari dulu
Aku hanya merasa damai saat aku melihatnya tanpa sekat, tanpa batas.

_______________________________

Jeanne tiba di apartemennya, hari masih sore sepulang dari butik Mira. Hal yang menjadi favoritnya selama tinggal di unitnya ini adalah menikmati senja Jakarta dibalik kaca besar di kamarnya. Langit oranye itu selalu membuat Jeanne sendu. Ditambah lampu-lampu gedung tinggi yang terlihat berbaris membuat ia terpaku.

Seperti hal rutin yang Jeanne lakukan saat ia sedang tidak memiliki kesibukan, duduk menatap langit sore, tanpa memikirkan apa-apa, tapi hatinya selalu terasa hampa.

Ia memandangi langit yang semakin lama warna jingga yang semakin mendominasi, awan-awan kelabu juga berjalan lambat. Perasaannya tak tenang, hari akan segera berganti. Ia harus menghadapi sesuatu yang ia takuti esok hari.

Ia membuka laci meja rias dikamarnya, mengambil selembar foto polaroid yang disimpan di dalam kotak kecil. Dua orang tersenyum ke arah kamera, dengan latar belakang pantai Tureloto, Nias.

Itu adalah perjalanan pertamanya dengan Niko yang membawa dirinya hanyut semakin dalam oleh perasaannya sendiri. Sore itu, di tepi pantai indah Tureloto, Jeanne mengingat bagaimana ia menghabiskan sore bersama Niko dan beberapa orang daerah di sana.

Dengan sebuah gitar ukulele, Jeanne asyik bersenandung. Tapi itu semua hanya kamuflase, yang terjadi adalah Jeanne memperhatikan Niko dari segala sisi, bagaimana ia berbicara, beinteraksi, beropini, semuanya sempurna dimata Jeanne.

Terpaut usia sembilan tahun, Niko memang lebih banyak pengalaman dengan dunia dan Indonesia. Banyak hal baru yang Jeanne pelajari dari pengalaman yang Niko miliki, membuka mata Jeanne lebih luas, pandangannya lebih beragam, dan pola pikirnya lebih berkembang.

Setelah dua hari menghabiskan waktu di Nias, Jeanne beberapa kali diundang Niko ke rumahnya. Niko yang punya bakat lain yaitu memasak, semakin membuat Jeanne jatuh cinta semakin dalam. Sosok Niko begitu sempurna, sangat sempurna. Hingga ia tak bisa menahan segala rasa.

Satu tahun enam bulan, hubungan mereka berjalan sebagai teman. Dalam kurun waktu itu, mereka hanya beberapa kali menghabiskan waktu bersama. Sekedar makan sederhana yang terasa istimewa bagi Jeanne, atau jika mereka punya waktu banyak, berkeliling menjelajah Indonesia.

Takengon, Tana Toraja, Wae Rebo, Flores, Nabire, Raja Ampat, Tambolaka, pernah mereka datangi. Dan yang paling jauh adalah Praha, negara destinasi impian Jeanne yang diwujudkan oleh Niko.

Tak banyak yang tahu dengan hubungan antara Jeanne dan Niko, bahkan media tidak bisa mengendus petualangan mereka. Sosok Niko yang tertutup dengan sosial media membuat kabar dirinya tidak pernah muncul di berita manapun. Juga Jeanne yang tidak mengumbar kebersamaannya dengan Niko membuat hubungan mereka tenang dan damai.

Hal itu dinikmati Jeanne, hubungan mereka murni tidak diganggu oleh siapapun. Namun ada satu yang Jeanne benci, perasaan rindunya terhadap Niko yang tidak bisa ia utarakan. Hanya Niko, satu-satunya laki-laki yang bisa tahan untuk tidak menggilai Jeanne. Niko tidak pernah sedikitpun mengejar Jeanne atau berusaha untuk selalu berkomunikasi. Hubungan mereka bisa dibilang unik, tidak intens berkabar, tapi sekali bertemu bisa menghabiskan waktu seharian, bahkan berhari-hari.

"Besok flight jam berapa Je?"

"Jam 1 siang Nik"

"Kamu stay dimana?"

"Di Sanur"

"Aku mau ajak kamu sarapan disini sebelum pulang, mau gak?

"Jauh banget Nik dari Sanur ke Ubud"

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang