"Acara Talk with D minta buat jadi tamu lagi nih Bi"
"Baru juga dua minggu lalu mas"
"Ya, mungkin ratingnya bagus makanya mereka calling lagi"
"Rating bagus apa mau ngulik gosip kemarin? Males ah, nanti pertanyaannya suka kemana-mana"
"Iya sih, gue juga curiga begitu. Jadi tolak aja nih?"
"Tolak aja mas, gue males kalau pertanyaannya seputar hubungan gue sama Senna. Pacaran juga nggak, ngapain harus klarifikasi"
Tyo manajer Bintang, ia tidak pernah memaksakan pekerjaan pada bintangnya, menurutnya kenyamanan Bintang adalah yang utama. Karena Tyo juga sudah menganggap Bintang seperti adiknya sendiri, yang ia jaga dan hargai, bukan melulu soal materi.
Semenjak acara anugerah musik beberapa hari lalu, Bintang banyak diundang berbagai acara. Penghargaan yang Bintang raih memang perlu diapresiasi, tapi selain itu, hal yang paling diburu oleh masyarakat yang membuat kobaran api semakin membara, hubungan dirinya dengan Senna yang sedang panas diperbincangkan.
Jika ada satu acara yang berhasil mengulik kisah cinta yang sedang menyala, sudah pasti acara tersebut dapat rating tertinggi.
Bintang tahu apa yang diinginkan oleh dirinya, bukan ketenaran yang ia senangi, bukan sensasi yang ia cari, dan bukan juga mendongkrak sosial yang ia butuhkan. Ia yakin, karya yang dihasilkan olehnya lebih layak dinikmati daripada cerita pribadi kehidupannya. Ia pun punya tempatnya sendiri untuk tetap diminati tanpa harus banyak basa-basi.
"Mas, pesanan makan siang untuk mas Bintang gue simpan di lobi ya" Gilang menginterupsi di sela istirahat latihan untuk rekaman.
"Gue gak pesan apa-apa Lang"
"Tapi udah dibayar katanya, untuk mas Bintang, makanannya disimpan di meja lobi soalnya lumayan banyak mas"
Bintang menuju lobi yang di maksud Gilang, asisten pribadinya. Dengan heran dan terus bertanya dalam hati, makanan apa yang dimaksud Gilang barusan? karena ia merasa tak pernah memesan makanan.
Dilihatnya nasi diatas nampan dengan ukuran yang cukup besar, dengan dilapisi plastik transparan yang bisa terlihat dari luar apa isinya. Satu nampan nasi mandhi dengan potongan daging bagian iga berukuran besar diatasnya, irisan bawang bombay, juga taburan kurma hitam menghiasi permukaan nasi berjenis biryani yang agak kemerahan itu. Disampingnya juga tertata mangkuk kap kecil dibungkus paper bag, yang ternyata berisi Umm Ali, sejenis puding roti khas timur tengah.
Bintang merogoh bagian dalam paperbag, berharap ada jawaban yang sedang ia cari. Dari siapa makanan sebanyak ini? Dan seperti peribahasa pucuk dicinta ulampun tiba, Bintang mendapati apa yang dicarinya. Sebuah nota kecil berlutiskan selamat menikmati makan siang dengan tertanda pengirim, Senna Aldira.
"Beuh, pesta nih?" Tyo menghampiri Bintang yang langsung menilik ragam makanan yang tertumpu diatas meja. Tak sengaja ia pun melirik secarik kertas yang masih dipegang Bintang. Tak perlu usaha banyak, cukup mengintip diujung tulisan ia bisa langsung tahu siapa nama yang tertulis dikertas itu.
"Banyak banget kan mas makanannya? Bukan mas Bintang yang pesan?" Gilang menyusul dari belakang, yang langsung diajak main mata oleh Tyo.
"Dari Senna, Lang" jawab Tyo, intonasinya terdengar meledek.
"Baik ya mbak Senna, kasih makanan gak nangung-nanggung" balas Gilang yang juga ingin mengikuti candaan Tyo.
"Bi, iris kuping tikus deh kalau Senna gak suka sama lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh
RomanceBintang, seorang penyanyi muda, berbakat, tampan, banyak digilai fansnya, dan tengah berada dipuncak tertinggi karirnya. Namun siapa yang tahu dibalik ketenarannya, ia merupakan lelaki yang pemalu dan ciut jika dihadapkan dengan perempuan. Jeanne...