tak ingin usai

36 9 0
                                    

"Nami!!" Suara lantang seorang pria terdengar jelas di lorong.

Hanya dengan melongok ke luar ruangan, Nami tau bahwa Sanji sedang berjalan cepat kearah kelasnya.

Tangannya terlihat sibuk mengusap sesuatu dimatanya "apa dia kelilipan?" Batin Nami heran.

"Gimana ji–" Nami yang tercengang ketika melihat Sanji yang kini sudah tepat didepannya.

Matanya sembab, hidungnya merah, matanya pun merah "apa kau menangis?" Nami berdiri dari kursinya dan mendongakkan kepala Sanji yang tertunduk.

Benar saja, ada sedikit sisa air mata di dagu Sanji yang masih menetes, berapa banyak anak ini menangis?

"Itu tidak penting sekarang, apa kau tau dimana Zoro?" Sanji menepis pelan tangan Nami dari wajahnya.

"Aku tidak tau, mungkin dia bolos"

"Lalu apa kau tau dimana rumahnya?"

"Sebentar!" Nami membuka ponselnya dan jempolnya mulai mencari informasi yang tersimpan.

"Ini" Nami menyodorkan sebuah chat di ponselnya setelah beberapa saat ia terus meng–scroll.

"Jln.in aja dulu, rumah ke 4 dari mulut gang
Kos kosan kenangan"

Alamat Zoro? Dekat cafenya?

Sanji mengembalikan ponsel Nami dan bergegas pergi, tak lupa ia mengucapkan terimakasih.
.
.
Gang itu hanya berjarak beberapa meter dati cafe tempat ia bekerja.

Dengan mudah Sanji menemukan kos kosan yang dimaksud.

"Permisi pak. Bapak kenal mas mas kuliahan namanya Zoro gak ya? Dia ngekos disini juga" Sanji bertanya pada satpam yang berjaga di gerbang kos kosan.

"Oh, mas Zoro, mas Zoro sudah pindah mas, beliau gak disini lagi, sudah pulang ke rumah utama" jelas pak satpam itu yang sepertinya jawa tulen, terlihat dari nada dan aksen bicaranya.

"Rumah utama?" Sanji bingung dengan apa yang dibicarakan satpam itu.

"Iya mas, mas Zoro udah enggak ngurus rumah ini lagi. Sidah dipanggil lagi sama tuan dan nyonya di Jogja" satpam itu kembali menjelaskan.

"Ini...rumah? Bukan kos kosan?" Sanji masih terheran dengan semua ini.

"Haha iya mas, mas Zoro sukanya bilangnya kalo ini itu kos kosan, padahal rumahnya beliau" satpam itu tergelak dengan kelakuan tuan mudanya yang tak mau terlihat kaya.

Sanji hanya terdiam, dia bahkan tak mendengar saat satpam itu memanggilnya beberapa kali.

"Eh iya pak, kalau gitu.. saya boleh minta nomor telfonnya Zoro?" Sanji mencoba mengorek informasi lagi.

"Kalau itu saya ndak punya mas, saya biasanya kalau dihubungi lewat buttler"

"Kalau begitu, minta alamatnya yang di Jogja ada?"

"Maaf, sebelumnya masnya ada urusan apa ya sama mas zoro?"

"Ee, saya temennya pak, ada tugas kuliah yang harus dikerjain bareng dan belum selesai, jadi saya mau ketemu sama zoro" Sanji menjelaskan dengan sedikit terbata.

"Ooh, kalau itu sih saya taunya pokoknya ada di daerah Wirobrajan mas, detailnya saya juga kurang paham" jelas satpam itu.

"Oh, iya makasih pak" Sanji melangkah perlahan menjauhi rumah besar itu. Semua yang ia dengar sangat tak terduga.

Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang? Ke Jogja? 3 jam perjalanan? Lalu apa yang akan ia lakukan saat saat sampai disana? Memohon agar Zoro kembali? Haha memalukan.

Tapi ia tak ada pilihan lain, ia sangat tersiksa dengan semua isi buku catatan Zoro. Anak itu memang menyebalkan.

"Aku harus bagaimana ayah?! Aku ingin bertemu dia, tapi aku tidak bisa menjatuhkan harga diriku hanya demi dia" Sanji kebingungan meminta bantuan ayahnya dari langit.

Ia benar benar bingung sekarang. Sedangkan matahari sidah mulai tergelincir menyembunyikan dirinya.

Sanji memutuskan untuk kembali dulu ke kos kosannya dan berpikir lagi besok. Ia juga harus bekerja paruh waktu nanti. Ia akan beristirahat sebentar dan mulai bekerja.
.
.
"Zor...kamu gak kangen kopi ku?" Lirih Sanji sambil menatap keluar jendela besar dihadapannya, berharap sebuah motor hijau atau cobalt blue menghampiri cafenya ini.

Tapi nihil, Zoro tak pernah datang hingga shift Sanji berakhir. Sanji mengunci pintu dan berjalan di trotoar gelap sendirian.

Sesekali ia memandangi motor yang berlalu lalang, tapi tak ada satupun dari mereka yang diharapkan Sanji.

Air matanya perlahan mulai menetes, dengan headset bluetooth nya yang memutarkan lagu BtoB Missing you, Sanji meresapi liriknya dan mulai menangis lebih keras.

Jalan yang sepi membuatnya bebas menangis tanpa takut diperhatikan oleh orang lain.

"Zoro....kangen!" Sanji berjongkok sambil menutupi wajahnya yang sudah basah karna air mata.

Ia menunggu seseorang untuk menepuk pundaknya atau memberikannya jaket, mengantarnya pulang, minum kopi bersama dan menginap.

Ia merindukan setiap hal kecil yang dilakukan Zoro. Bahkan ia kini merindukan suara Zoro saat tidur.

"Kenapa kau pergi?! Kau tak lagi menyukai ku? Apa aku melakukan kesalahan? Maafkan aku, aku mohon kembalilah?!" Sanji tak bisa berhenti menangis.

Tapi ia sadar, ia tak bisa terus disini dan menangis, ia melanjutkan perjalanan pulangnya.

"Miss you so bad Zoro, I'm still here if you want me again, i still waiting for you"

To be continued

~kerja sambilan ditemenin si tukang tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~kerja sambilan ditemenin si tukang tidur

November Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang