Part 1

41 2 0
                                    


Niatnya akan melukis sudah ada sejak Elang kecil hingga sekarang ia memilih kesenian sebagai minatnya masuk kuliah. Bertahun tahun ia memimpikan dirinya sebagai seniman terkenal di kota nya dan bisa melelang lukisannya dengan harga fantastis.

Abyasaka Elang Pramana, berusia 7 tahun saat ia mendapatkan penghargaan pertamanya setelah memenangkan lomba menggambar untuk anak sepantarannya. Lukisan indah dengan arti yang sangat indah itu sudah lama terpampang di gallery sang seniman terkenal di kotanya. Lukisannya juga diminati orang-orang yang datang di pelelangan lalu salah satu replika yang ia buat terjual dengan harga yang sangat fantastis yaitu 27 juta rupiah. Nama yang ia gunakan dalam lukisannya adalah Aby,E.

Setelah penghargaan pertamanya, ia dinobatkan sebagai salah satu pelukis kecil yang berhasil melelang lukisannya dengan harga fantastis.

Orang-orang pasti mengenal siapa Aby,E. Namun yang tidak mereka ketahui adalah Aby,E telah tumbuh sebagai anak yang ramah dan sangat berwibawa. Ia juga merahasiakan identitas aslinya. Di perlombaan mungkin ia memenangkan penghargaannya, namun di biodata yang terpampang di gallery sama sekali tidak menunjukkan mukanya bahkan nama panjangnya. Ia juga tidak ikut berpartisipasi saat pelelangan dilakukan karena adanya halangan yang tak bisa dihindari. Hanya sang pemilik galeri yang menyimpan lukisan aslinya lah yang mengetahui wajah asli Aby,E.

Ia, sang seniman kecil itu tengah duduk di aula, menunggu ospeknya dimulai. Menit-menit berlalu, orang-orang berlalu lalang datang dan memilih tempat yang nyaman untuk mereka duduk.

Suara mic yang diketuk membangunkannya dari lamunan panjang, membuatnya akhirnya terbangun sempurna.

Pemberian materi yang panjang ini membuat Elang sedikit bosan dan memilih untuk menggambar sesuatu pada bukunya.

"Gambaranmu bagus!" Ucap seseorang disampingnya, yang ternyata adalah seorang perempuan berambut merah jahe yang tengah menatap gambarannya.

"Makasih," ujar Elang. Tanpa memedulikan perempuan itu, ia melanjutkan menggambar. Memberi detail yang membuat gambar itu hidup. Ia menyelesaikannya dengan sedikit usapan di jari tangannya yang memberi kesan bayangan pada gambar tersebut.

"Wah! Sudah selesai?" Pertanyaan perempuan itu dijawab anggukan oleh Elang. "Boleh aku pinjam?" Lagi lagi Elang mengangguk dan memberikan bukunya pada perempuan jahe itu. "Akan kau namai apa ini?"

"Luminous Grey Flower." Ucap Elang singkat.

Sang perempuan hanya mengangguk lalu mengembalikan buku itu sembari mengulurkan tangannya, "Danisawarna Abagya. Bisa dipanggil Danisa, Nisa, atau Warna juga boleh. Prodi teknik kelautan."

"Abyasaka Elang Pramana. Prodi seni rupa."

Sejak itu lah selama ospek, Warna selalu berada disamping Elang. Entah saat masuk untuk ospek, duduk, makan siang, hingga pulang berbarengan. Hingga saatnya pengenalan UKM yang ada di kampus.

Awalnya, UKM seni rupa sangat menarik minatnya. Namun saat UKM voli keluar, menunjukkan pria berbadan tidak terlalu tinggi, berkulit tan, serta berwajah tampan itu, ia langsung ingin mengikutinya. UKM yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan sebelumnya akan ia geluti setelah ini.

"Baik, kenalin dulu nama aku Enggarawarsa Danurdhino Pramito, atau bisa kalian sebut... terserah deh, bisa kalian sebut apa aja dari nama aku. Tapi aku sering dipanggil Mito sama temen-temen aku. Salam kenal!"

Itu lah, Kak Mito yang sangat menarik perhatiannya. Dari segi kepribadian dan aura nya sangat berbeda dari teman temannya yang lain. Ia sungguh berbeda di matanya.

"Kamu mau ikut UKM apa, Lang?"

"Eum.. voli."

"Aku mau ikut karawitan. Udah dari lama aku mau main gamelan, hihi."

Paint My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang