Part 5

3 0 0
                                    



Sudah berapa jam mereka melakukan ini? Jam berapa ini?

Mata Mito melihat jam dinding yang terpampang diatas tv ruang tamu menunjukkan pukul 2.34 pagi. Mereka sudah melakukannya hampir 10 jam tanpa berhenti. Kakinya bergetar setiap kali ia mengeluarkan air maninya akibat rangsangan yang ia dapatkan dari sentuhan Elang yang tanpa hentinya terus menyentuh tubuh dan penisnya. Tubuhnya berubah menjadi lebih sensitif.

"Aku capek, Elang."

"Siapa Elang?"

"Mhh~ AH!" Elang menghentakkan tubuhnya lebih keras lagi. Ia sangat menyukai suara kulit bertemu kulit yang ia buat bersama Mito. Ia senang bahwa Mito cepat beradaptasi dengan ukuran penisnya yang tidak kecil itu. "Yasa~ pelan-pelan. Hiks."

"Oke sayang."

Mito terkesiap. Bukan pelan ini yang ia minta. Bukan hentakan keras dengan tempo lambat yang ia inginkan. Ia terkesiap dan mencakar punggung Elang disetiap hentakan biadabnya. Bagian didalam tubuhnya di tubruk terus menerus membuat air matanya mengalir dan matanya berputar ke belakang kepalanya.

"Lebih cepet!"

Dengan senang hati Elang mematuhi perintah sang kakak tingkat dibawah tubuhnya. Ia menaruh kedua kaki Mito dia atas kedua bahunya lalu pahanya dirapatkan mendekati satu sama lain. Ia melingkarkan tangannya di paha Mito dan mulai menghentakkan penisnya hingga akhirnya Mito keluar untuk.. entah sudah berapa kali dia keluar.

Elang mengeluarkan penisnya, menarik kondom yang sudah berisi dengan air maninya, lalu menggantinya dengan yang baru. Ia tak lelah sedikit pun sedangkan manusia didepannya sudah merem melek menahan kantuk.

"Satu kali lagi."

"Nggak, aku capek!"

"Kita masih bisa lanjut."

"Yasa, udah!" Elang menaikkan kedua kaki Mito dan menyatukannya, penisnya masuk di antara pahanya. Ia berusaha mencapai titik putihnya tanpa memasuki lubang berkerut Mito, membiarkan dia rileks sebelum akhirnya tertidur tanpa sepengetahuan Elang. Nafas nya memburu, perutnya menegang, ia keluar pada perut dan dada Mito. Pada saat itu lah Elang baru menyadari bahwa kakak tingkatnya sudah tertidur pulas. Senyumnya mengembang sangat lebar memikirkan hal yang sangat ia suka.

Jarinya meraih air mani nya dan mencoleknya sedikit, ia melukiskan air maninya di seluruh dada Mito. Dada Mito mengkilap akibat bekas air mani Elang yang di lukis indah di tubuhnya.

"Coba lihat besok."

Ia duduk dilantai, menidurkan kepalanya pada dudukan sofa sembari menatap Mito yang wajahnya tepat didepan wajah Elang.

Cantik. Batin Elang sembari menggenggam tangan Mito. Ia tertawa kecil mendengar Mito mengigau. Ia tak lagi berpikir panjang dan memilih bergabung dengan Mito ke alam mimpi. Berharap mereka juga bisa bersenggama di alam mimpi. Setidaknya ia bisa membayangkan kasur empuk yang mereka gunakan untuk menabur benih cinta.

.........

Pagi harinya, tepat pukul 10.21 Elang terbangun dengan punggung yang sakit. Ia sadar bahwa ia tidur duduk dari jam 2 pagi tadi. Ia berdiri melihat Mito masih menikmati tidur cantiknya. Tangannya otomatis mengusap surai lepek Mito dan mengecupnya perlahan. Ia berdiri lalu mencoba memasak apapun yang ada di kulkas kakak tingkatnya itu.

Mito terbangun dengan rasa sakit yang sangat parah dibagian bawah tubuhnya. Ia beberapa kali meringis saat ia ingin mendudukkan tubuhnya. Kakinya terasa seperti jeli saat menapak, dua kali ia hampir terjatuh saat berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan siapa siapa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paint My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang