Ambushed

2 0 0
                                    

"KA RYAN!!!! BANGUN!!! KA RYAN!!"

Gue terbangun karena suara ketokan pintu yang kencang dan juga Mira yang sudah tidak ada di samping gue. Dengan panik gue langsung bangun dari kasur, mengambil pisau dan pistol yang semalem gue taruh di lemari kecil di samping kasur, dan memakai jaket gue. Saat gue membukakan pintu, Caca berdiri dengan muka yang basah karena keringatnya dan napas yang ngos-ngosan.

"Kenapa Ca?!" tanya gue ikutan panik.

"ITU KAK! ITU!" paniknya.

"Itu apa?? Coba tenangin diri dulu...."

"Ke depan..." katanya.

Gue langsung keluar dan menutup pintu. Gue dan Caca berjalan cepat ke tempat biasa berkumpul. Gue melihat empat mobil berjejer dan pintu gerbang yang terbuka lebar. Arkan yang menengok ke belakang dan menyadari kedatangan gue langsung berjalan ke arah gue.

"Ryan, akhirnya lu bangun juga..." ujarnya dengan nada sedikit panik.

"Kenapa?" tanya gue kebingungan.

"Markas Dhani diserang tadi padi, untung aja Rani sama Dirga berjaga dan mendengar kode morse dari Dhani, dan mereka langsung ngebangunin gue dan yang lain."

Gue terdiam kaget mendengar jawaban Arkan. Tanpa basa-basi gue langsung berjalan ke arah mobil gue dan ternyata udah ada Mira di dalamnya. Gue menanyakan kenapa dia tidak membangunkan gue, Mira menjawab, "Semalem aku kebangun Yan, sekitar jam empat-an, terus gak bisa tidur lagi, akhirnya aku jalan-jalan keliling, terus ketemu sama Dirga katanya ada kode darurat."

Gue merasa lega mendengar jawabanya. Rani meminta gue untuk membawa beberapa obat-obatan dan peralatan kesehatan. Kami berdua berjalan ke infarmary tapi Rani malah menarik baju gue ke samping infarmary.

"RYAN?!" bentaknya pelan.

"Kenapa?" tanya gue kebingungan.

"Jangan pura-pura bego deh lu! Gue udah tau semua!"

"APAAN SIH RAN?!" bentak gue balik.

"Lintang cerita semua ke gue semalem, dia sampe nangis."

Gue terdiam mendengar perkataan Rani.

"Look Ran, i know that i'm wrong, i just can't resist... i love Lintang and I love Mira too. I wanna apologize to her again..." jawab gue dengan nada pasrah.

"Bagus lah lu sadar diri lu salah. Gue udah ngomong sama Lintang buat siap ketemu sama lu. Dia ada di dalam. Temuin dia, minta maaf."

Gue berjalan masuk ke dalam infarmary sedangkan Rani menunggu di luar. Jantung gue berdegup sangat cepat, tangan gue juga gemeteran. Gue melihat dia sedang mencatat obat-obatan yang tersisa yang ada di lemari.

"Lin..." panggil gue pelan.

Dia menengok ke arah gue dengan ekspresi kaget.

"Lin, gue benar-benar minta maaf buat kejadian yang semalem, gue ngerasa bersalah sama lu, gue gak bermaksud buat nyakitin perasaan lu, tapi gue gak bisa sayang sama dua orang secara bersamaan..." ujar gue sambil menunduk ditambah jantung yang bedegup dengan cepat.

Lintang tidak menjawab apa-apa dan tidak bergerak sama sekali.

"Kalau lu mau marah sama gue atau benci sama gue silakan Lin, gapapa, gue pantes nerima itu. Gue minta maaf juga kalau gue gak bisa nepatin janji-janji gue dulu. Sekali lagi gue minta maaf Lin. Gue belum bisa jadi teman atau sahabat yang terba..."

Lintang tiba-tiba memeluk gue. Tangannya melingkar di badan gue. Detak jantungnya terasa di dada gue dan seolah-seolah jantung gue juga mengikuti irama detak jantungnya. Air mata gue langsung mengalir keluar.

The Last Of Us - The Final ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang