Sudah empat jam kami semua diperjalanan semenjak meninggalkan mall. Di selama perjalanan Om Robby menceritakan semua yang terjadi di pusat pemerintahan dan petunjuk-petunjuk yang di tinggalkan itu bagian dari rencana mereka, tapi sayang rencana itu harus berantakan karena sesuatu hal terjadi dan Om Robby belum mau bercerita. Gue dan Mira benar-benar shock dengan semua yang diceritakan olehnya.
"Terus Om kenapa gak ikut yang lain ke dermaga?" tanya Tria dari radio walkie.
"Om sengaja minta ditinggal, karena Om gak bisa ninggalin Rani sendirian, tapi Om lupa kalau dia dikelilingi oleh kalian, sahabatnya dari kecil," jawab Om Robby dengan santai.
"Berarti yang nembakin walker pas aku dan Lintang terjebak di dalam mobil itu Om? Dan om juga yang ngegambar tulisan-tulisan di dalam mall itu?" tanya gue untuk memastikan.
"Iya Ryan, Om kaget pas denger ada kendaraan mendekat, pas om keker ke mobil itu ternyata kalian berdua keluar dari mobil tapi gak ada Rani jadinya om gak jadi nyamperin kalian dan ngejaga kalian biar gak masuk lebih dalam ke dalam mall," jelas Om Robby.
Gue teringat sesuatu yang masih mengganjal di pikiran gue, "Terus om, kok lantai dasar mall itu penuh sama air? Bahkan sampai beberapa ruko cuman keliatan atapnya."
"Kalau itu om gak tau, soalnya yang megang mall itu Om Ibra."
"Papah?" sahut Arkan.
"Iya Kan, papah kamu sama anggotanya ditugasin di mall."
Tidak gue sangka, ternyata Om Robby yang memimpin jalan di depan membawa kami semua masuk jalan toll. Gue sempet agak ragu dengan keputusan Om Robby tapi gue biarin aja, setidaknya membuat beberapa jam lebih cepat daripada lewat dalam kota.
Ternyata benar firasat gue, banyak mobil yang sudah tidak terpakai memenuhi jalan toll tidak jauh dari gerbang masuk toll. Om Robby menuntun kami semua dengan menyelip-nyelip diantara mobil dan tidak banyak dari kami yang mobilnya bergesekan dengan mobil yang lain. Saat kami semua telah keluar dari 'kuburan' mobil-mobil itu mesin mobil Caca dan Arum tiba-tiba mati dan terjebak diantara mobil-mobil yang membuat beberapa dari kami harus turun dari mobil dan membantu mereka.
"Maaf kak, maaf om, gara-gara aku kita semua jadi telat," ujar Caca pelan sambil menunduk seperti ingin menangis, diikuti juga oleh Arum. Tingkah mereka membuat gue gemas, seperti anak kecil yang jujur habis ngelakuin kesalahan ke orang tuanya.
"Gapapa Ca, inget gak kata-kata Kak Ryan, susah ataupun senang kita akan selalu bareng-bareng." Rani menghampiri Caca dan mengelus-elus
Gue dan Dirga membantu menyingkirkan mobil-mobil yang sudah tidak terpakai, sedangkan Rani, Arkan dan Om Robby mengeluarkan mobil dan mencoba untuk menyalakannya kembali, dan Om Robby menyuruh Lintang dan Dian untuk mencari persediaan yang masih bisa digunakan dari mobil-mobil ini.
Akhirnya setelah sekitar satu jam-an, menyala juga mobilnya. Caca langsung memeluk kami satu persatu sambil berterima kasih, raut wajahnya senang kembali.
"Makasih kakak!!" ujarnya sambil memeluk erat gue.
"Iyaaa, Caca sama-sama."
Dia juga melakukan hal yang sama ke yang lain, memeluknya dengan erat dan berterima kasih. Sedangkan Arum hanya berdiri karena malu. Caca benar-benar sudah merubah dia, dari yang sifatnya tomboy menjadi pendiam dan pemalu seperti itu.
Lintang dan Dian datang membawa dua tas punggung hiking. Dengan cepat kami semua langsung mengeluarkan isi tas tersebut. Ternyata isinya benar-benar bermanfaat sekali. Mulai dari beberapa makanan kaleng, botol air, tas tidur, dan pakaian bersih. Gue membagikan persediaan tersebut dan kembali melanjutkan perjalanan.