Setelah satu jam lebih di perjalanan akhirnya kami semua sampai di depan sekolah Dirga dan Azza. Mira mengingatkan gue ke jadian di hari pertama wabah ini menyerang saat kami semua melewati tepat di depan sekolah ini, tapi saat itu sekolahnya sudah di penuhi Walker. Gue memberanikan untuk bertanya kepada Dirga, dan dia membenarkan kejadian itu.
Kami semua berjalan ke depan gerbang sekolahnya yang dipenuhi tanaman menjalar dan juga daun kering yang berserakan dimana-mana. Dirga dan Azza mencoba memanggil-manggil temannya yang bernama Rakha itu, tapi tidak ada keluar.
*Wusshhh... slepp*
Sebuah panah melintas tepat di samping gue dan langsung menancap di pohon tepat di samping gue. Teman-teman gue dan orang-orang Dhani langsung mengangkat senjatanya dan mengarahkan ke segala arah.
"RAKHA INI GUE, DIRGA DAN AZZA!" teriaknya lagi.
Tidak lama pintu gerbang terbuka. Teman-teman gue dan yang lain langsung mengarahkan ke arah gerbang tersebut. Saat pintu gerbang terbuka lebar, sekumpulan anak sekolahan seumuran Dirga dan Azza mengarahkan busur panahnya ke kami semua.
"Rakha... ini gue Dirga..." katanya sambil melangkah maju secara pelan.
"Satu langkah lagi, gue gak takut buat ngelepas ini," ujarnya yang semakin menarik busur panah tersebut.
"Please Rak... gak harus kayak gini."
Dirga yang perlahan menaruh busur dan anak panahnya di tanah. Gue yang melihat itu menaruh juga pistol dan pisau, diikuti teman-teman gue yang lain, mereka juga menaruh senjatanya masing-masing dan mengangkat tangan kami semua.
Tiba-tiba datang perempuan berambut panjang terikat dan kacamata bulatnya.
"Rakha ada apaan si...." perempuan tersebut tidak menyelesaikan perkataanya saat melihat ke arah kami semua.
"AZZA??"
"NURUL!!"
Azza menurunkan tangannya dan berlari ke arah perempuan yang bernama Nurul tersebut dan memeluknya. Akhirnya Rakha menyuruh kami semua untuk menurunkan tangan dan mengambil senjata kami kembali. Ternyata Rakha tidak seburuk yang gue kira.
Dirga memeluk Rakha dan juga Nurul. Entah kenapa melihat mereka membuat gue teringat kejadian semasa SMP dulu, yang dimana kita semua saling berbeda sekolah tapi saling bertemu saat berlibur ke suatu tempat. Mira tiba-tiba menggenggam tangan gue dan menyenderkan kepalanya di lengan gue.
"Ayo guys, ikutin gue.." ajak Rakha dengan santai setelah reunian dengan Dirga dan Azza.
Gue dan yang lain mengikuti Rakha masuk lebih dalam ke wilayah sekolah. Gue terkejut karena mereka benar-benar memanfaatkan wilayah-wilayah di sekolahnya. Taman sekolah yang dijadikan tempat bercocok tanam, lapangannya banyak didirikan tenda-tenda dan juga mereka membuat turbin angin untuk listriknya. Ada juga yang sedang latihan berpanah.
Rakha membawa gue dan yang lain ke tenda yang berada di belakang sekolah.
"Kakak-kakak sekalian... kalian tinggal di sini dulu gapapa ya sampai kamar kalian jadi," ujarnya dengan santai.
"Ooh iya satu lagi, untuk kakak yang lagi hamil bisa ikut aku..." lanjutnya.
Rakha meninggalkan kami semua diikuti dengan Mira, Tria, Dirga dan Azza.
"Sekarang kita ngapain Yan?" tanya Dian.
"Terserah.. kalau mau istirahat silakan, kalau mau jalan-jalan keliling silakan, asal jangan buat keributan," jawab gue santai.
Caca, Arum, Dian dan Rani langsung berpencar meninggalkan gue, Arkan, Lintang, Yola, Dhani dan beberapa orang-orang Dhani yang selamat. Dhani dan Yola mengatur orang-orangnya, Arkan langsung masuk untuk beristirahat yang membuat gue dan Lintang tinggal berdua di luar tenda.