"Dokter untuk anak perempuan tadi, kenapa tidak anda rujuk untuk inap, bukankah dia keliatan lemah dan sesak saat di ajak bicara tadi.." Lily tampak khawatir dengan pasien anak yang tadi berperiksa bersama ibunya
"Untuk sementara kita lihat dulu perkembangannya selama seminggu,jika obatnya memberi efek buruk dan makin parah baru saya ajukan untuk dirawat inap."
"Begitu yah dok. Aku hanya khawatir di usia yang seharusnya di habiskan dengan bermain , tapi ia di takdirkan hntuk melawan penyakitnya." Lirih Lily fokusnya terhadap arah pintu yang baru saja ibu dan anak datang untuk kontrol.
"Hmm itu sering terjadi,resiko dari sebuah pekerjaan di rumah sakit,kita harus terbiasa dan menerima dengan segala penyakit pasien"
"Sedih, senang, sakit, dan tiada, Semua orang pasti mengalaminya hanya saja waktu mereka berbeda-beda."
"Kau tak perlu sedih, cukup doakan pasien nya" jelas Dokter Juna
Lily hanya mengangguk,serta mendongkakan kepalanya sedikit memandangi sang Dokter yang melewatinya begitu saja keluar dari pintu.
"Dia tidak begitu buruk ternyata" cicit Lily
....
Tiba saatnya waktu makan siang,kini Lily menenteng sajiannya yang baru ia ambil di kantin rumah sakit.
Lily berjalan mencari kursi kosong untuk ia duduki agar bisa makan dengan nyaman."Lily-yaa sinii" teriak Saerin di seberang kursi
Lily menyipitkan matanya melihat siapa yang baru saja memanggil nya
"Eo' eonni-" Lily berjalan menuju meja makan yang di tempati Saerin, ia tak sendiri disana Saerin bersama beberapa orang juga
"Duduklah, kita makan bersama-sama" sahut Saerin
Saat pantatnya ingin mendarat dikursi depan Saerin, tanpa aba-aba Dokter Juna terlebih dahulu menarik kursi itu . Entah dari mana asalnya tau-tau sudah ada di dekat mereka
Alhasil Lily terkejut dengan tindakan Dokter partnernya.
"Yak dimana keramahan mu, Lily ingin duduk disitu" omel Saerin menunjuk Lily yang berada di samping Dokter Juna
Dokter Juna yang di tegur hanya acuh,dan menikmati makanan yang dia bawa sedari tadi
"Tidak apa eonni aku duduk di sampingmu saja" Lily pun berjalan menuju samping kursi kosong di samping Saerin
" Jika kau merasa terusik dengan perilaku dokter mu-" Saerin melirik sekilas ke dokter hadapannya
"Kau cukup diam atau hiraukan, seperti tadi okey" sambungnya
Lily hanya mengangguk dan tidak berani menatap sang Dokter di hadapannya.
Menurutnya Dokter Juna itu Dokter protektif terhadap pekerjaan sehingga dia tak mampu membuang-buang waktunya hanya untuk mengobrol yang tidak penting baginya.
Di sela makan siang mereka , Lily yang lebih awal selesai makan kini bangkit sambil memegang wadah makannya.
"Eonni, Dokter aku pamit kembali duluan "
"Kenapa cepat sekali, Dokter Juna saja belum menghabiskan nasinya" Saerin yang ingin membuat Lily dan pria dihadapannya itu lebih akrab , tetapi niatnya hancur begitu saja
"Biarkan saja aku tak suka di tunggu, lagi pula aku tidak suka bersama dengan orang baru." Dokter Juna begitu cuek dan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari makanannya.
Lily yang mendengar itu, merasa tidak enak karena dirinya mungkin Dokter Juna merasa terganggu dan tak merasa nyaman
"Lily maaf atas perkataan Dokter Juna, dia han-" sela Saerin
"Tidak apa eonni, aku bisa memakluminya kok, kalo begitu aku permisi duluan."
"Kau jangan terlalu khawatir dengan orang yang baru kau kenal nuna, belum tentu dia akan baik juga ucapnya Dokter Juna seakan menuding Lily
Sebenarnya Dokter Juna hanya memanggil Saerin dengan sebutan Noona jika hanya mereka berdua.
"Terserah kau saja" Saerin pun menyusul Lily pergi setelah menghabiskan makanannya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Workmate - NCT DREAM
Teen FictionStory' Lily sebelum menjadi asisten perawat Nct Dream....( ◜‿◝ ) Kisah seorang perawat anak di rumah sakit ,harus kehilangan pekerjaannya karenakan kontraknya telah selesai, akan tetapi kerjaan baru menghampirinya... Sanggupkah Lily menjalanka...