LIMERENCE S1: Hit The Sack 3.0

154 16 4
                                    

WARNING! NSFW 🔞

------------

"Ahhnn ... ngghh ..."

Joey menggigit pergelangan tangannya guna meredam desahan. Lututnya mati rasa, pegal, dan lengannya lelah digunakan menopang tubuh dalam posisi menungging. Domenico terus menghentakkan miliknya di belakang. Ritmenya kasar, sambil tangan kanan mencengkeram tengkuk leher belakang Joey. Pemuda itu selalu dibuat kewalahan olehnya.

"Enggh ..." Seprai diremas, Joey menutup mata rapat tatkala klimaks lebih duku. Gigi gerahamnya bergemeletuk diiringi bunyi kecipak antara kulit di bagian paling intim tubuh mereka bersatu.

Mendesis saat menaikan ritme gerakan. Mata Domenico terpejam, menikmati kerapatan pemuda itu. Menenggelamkan hampir seluruh penisnya.

"Sebentar lagi ..." Suara berat Domenico berbisik. Tangan yang mencengkram tengkuk Joey sedari tadi berpindah memegangi pinggulnya. Domenico menarik tubuh Joey bersamaan dengan dia yang menghentak kuat miliknya.

Ringisan yang lebih mendominasi dari desahan terdengar dari bibir Joey, beberapa salivanya menetesi seprai. Menggunakan tangan dia mengelap mulutnya juga sisa air mata yang keluar beberapa waktu lalu saat Domenico memasukinya dalam sekali hentakan kurang lubrikasi.

Domenico menggeram, pria itu akhirnya mencapai klimaks. Joey nyaris ambruk dalam posisi tengkurap-kalau saja Domenico tidak segera menangkapnya. Napas terengah-engah, dada naik turun, Joey kehabisan tenaga.

"Kenapa? hanya sampai sini? Bukankah kau yang menginginkannya lebih dulu?" Domenico berucap pelan di telinga Joey, sementara tangan pemuda itu berusaha mendorong dadanya.

Joey tidak menjawab, hanya menatap mata disertai senyum yang mengartikan bahwa si pria tak akan melepaskannya. Namun, dugaannya salah. Domenico mencabut penisnya, menyisakan cairan mani hasil ejakulasi mengalir keluar dari liang Joey. Pemuda itu seketika merasa kosong, dadanya naik turun menetralkan napas.

Domenico mendudukkan diri di tepi kasur setelah mengenakan celana. Mengambil sesuatu dari mantel yang tergeletak di atas sandaran sofa, dekat jendela yang gordennya masih tersingkap. Itu adalah permen mentol. Domenico duduk di tepi kasur, memakan permennya sambil menatap Joey yang sekarang ikut duduk sesekali meringis.

"Ingin permen?"

Joey membuka mulutnya saat Domenico menyuapinya manisan berperisa mentol tersebut. Tidak ada ucapan apapun. Ekor mata Domenico mengikuti tubuh telanjang si pemuda menuju kamar mandi. Terdengar suara pancuran air dari shower. Gemericik seakan mengundang Domenico untuk bergabung. Urung memenuhi panggilannya, Domenico memakai kembali kemejanya, ketimbang melepas celananya lagi-menyusul Joey di kamar mandi. Dia tahu waktunya terbatas.

Joey keluar tak lama. Menerima piyama biru pirus tanpa corak yang Domenico cari di lemari. Berbaring setelah berpakaian lengkap, Domenico melakukan hal yang sama.

Terjadi keheningan di antara keduanya.

"Kapan kau akan pulang dari Sisilia?" Satu pertanyaan Joey lontarkan. Pertanyaan yang mampu menarik sebelah sisi bibir Domenico.

"Aku bahkan belum pergi, tapi kau bertanya kapan aku akan pulang." Diakhiri kekehan ringan.

Bukan jawaban yang diharapkan. Joey berpaling membelakangi Domenico. Tidak lama, lengan kokoh dirasakan melingkari pinggang. Pelukannya hangat. Sampai sekarang, Joey nyaris tak percaya. Kehangatan ini berasal dari pria yang terkenal keras dan dingin seperti batu. Bukan kabar angin dari mulut orang-orang di dunia bawah, Joey mengenal Domenico luar dalam. Juga kekejamannya yang telah Joey saksikan dengan mata telanjang.

Berhenti memikirkan Domenico, Joey memaksa diri terlelap dalam dekap seorang penjahat. Tidak menunggu lama, semuanya menggelap.

***

LIMERENCE [MENxBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang