Rumor yang beredar di kantor mengenai seorang wanita muda yang diculik sepulang dari tempatnya bekerja terus Jisung dengar dari pembicaraan teman-temannya.
Awalnya Jisung nampak biasa saja, tapi lama-lama ia jadi ikut penasaran dan bertanya tentang apa, bagaimana bisa, dan siapa yang melakukan itu semua. Keadaan kota sepertinya akan menjadi sedikit lengang beberapa waktu kedepan dikarenakan rumor penculikan yang konon sang pelaku belum juga ditemukan.
Jika berita-berita itu memang benar adanya, maka Jisung jadi merasa prihatin pada keluarga korban. Entah kenapa sekarang banyak orang tega menyakiti satu sama lain tanpa alasan yang jelas.
"Hey, Jisung? Kau akan pulang sendiri?" pertanyaan dari kubikel lain di sampingnya membuat lamunan Jisung buyar. Pemuda manis itu kemudian nampak berpikir sebelum akhirnya menjawab pertanyaan rekan kerjanya tersebut.
"Mungkin, hari ini Hyunjin mengatakan dia pulang agak larut. Aku hampir tidak bisa menunggu, hehe." Ia terkekeh lembut, hasilkan lengkungan cantik di bibirnya.
"Ku sarankan tunggu dan pulang bersama pak Hyunjin saja, Jisung. Memangnya kau tidak takut dengan berita yang beredar?" tanya Miso, wanita muda yang kini berbicara dengan Jisung.
Jisung menggeleng ragu lalu berbisik kecil, "Ku dengar semua korbannya wanita. Jadi sepertinya pelaku tidak akan mengincar pria. Jadi aku rasa masih aman untukku pulang pergi sendiri. Beda hal denganmu, kau yang harus hati-hati Miso."
Benar apa yang Jisung ucapkan, menurut laporan sebuah portal berita, orang-orang yang dinyatakan hilang adalah wanita muda berusia sekitaran tujuh belas sampai dua puluh lima tahun.
"Hey, tapi tetap saja kau juga harus berhati-hati." Miso memperingati sekali lagi, dan Jisung hanya tersenyum sembari mengangguk kecil pertanda ia mengerti.
■■
Udara malam itu terasa begitu dingin, pasalnya seisi kota baru saja diguyur hujan beberapa jam yang lalu. Jisung yang duduk tenang di salah satu kursi di stasiun kereta bawah tanah nampak mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri. Uap asap kekuar dari kulutnya setiap kali ia bernafas, hidungnya pun sudah terasa pedas karena menghirup udara dingin dalam waktu yang cukup lama.
Satu kereta jurusan distrik lain melintas di depannya, dan ketika kereta itu sudah menjauh, tepat di sebrangnya Jisung melihat seorang lelaki berdiri sembari bersandar pada tembok stasiun dan menatap kearahnya.
Jisung perhatikan wajah orang itu, dan seketika senyuman mengembang dibibirnya. Ia ingat wajah itu dan cara orang disebrang sana berpakaian, persis dengan lelaki yang ia temui beberapa malam lalu. Yang Jeongin, pemuda yang ia obati luka-lukanya.
"Jeongin! Kemari!" Jisung memanggil sosok itu sembari melambaikan tangannya. Buat Jeongin nampak tersenyum kemudian berjalan menyebrang menghampiri Jisung.
Ketika sampai, ia mengambil tempat di samping Jisung. "Kita bertemu lagi," ujar Jeongin sekedar basa-basi.
"Hahaha, tentu saja. Selama kau masih menggunakan stasiun ini, sepertinya kita akan sering bertemu."
Jeongin memperhatikan detail wajah Jisung yang nampak selalu ceria itu, ia suka wajah-wajah bahagia seperti ini. Ia suka menghapusnya menjadi tiada. Jisung manis, Jisung cantik, ia suka.
"Wah, benarkah? Aku pun sering menggunakan stasiun ini saat pulang bekerja."
"Aku tidak setiap hari sih, tapi sering. Apalagi ketika kekasihku keluar kota, aku pasti menggunakan kereta untuk pulang. Lebih aman, dan lebih menghemat waktu juga dibandingkan harus membawa kendaraan pribadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandare Boy🔞 (JeongSung)
FanfictionKetika si psikopat jatuh cinta. Warn: -Bxb‼️ -Mature‼️ -Gore/Spllater naration‼️ -Violent scene‼️ -Bad Ending‼️ Child? GO AWAY‼️