2. Rasa Penasaran.

953 86 14
                                    

Jeongin berjalan memasuki lorong stasiun kereta bawah tanah sepulang ia bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongin berjalan memasuki lorong stasiun kereta bawah tanah sepulang ia bekerja. Yang berbeda hanyalah stasiun yang ia datangi. Ini bukan stasuin yang memiliki jurusan sesuai tujuan pulangnya.

Lelaki itu terus menunduk, seperti seseorang yang terlalu banyak memikirkan banyak hal.

Ketika ia sampai, Jeongin tidak langsung memilih duduk di kursi tunggu, melainkan hanya berdiam diri dengan menyenderkan punggungnya ke tembok.

Matanya menelisik sekitar, ia hanya menemukan seorang gadis yang mengenakan dress ketat berwarna merah nampak tertidur di salah satu kursi. Jeongin tau, wanita itu pasti wanita panggilan.

Di waktu hampir dini hari seperti ini, tentu keadaan stasiun begitu sepi. Terlebih masih ada tiga jam lagi sampai kereta selanjutnya datang.

Waktu berlalu, Jeongin hanya diam di tempatnya berdiri. Menunggu kereta selanjutnya tiba.

■■

Mobil yang semula dikendarai Hyunjin kini berhenti di sebuah komplek perumahan yang sedikit padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil yang semula dikendarai Hyunjin kini berhenti di sebuah komplek perumahan yang sedikit padat. Lelaki itu mengeluarkan payung hitam sebelum ia keluar dari mobilnya. Ia kemudian mengadahkan payung itu, menaungi kekasih manisnya yang kini baru saja akan turun dari mobil. Merelakan punggung lebarnya terkena tetesan air hujan.

"Astaga, Hyun. Kau tidak perlu sampai seperti ini!" omel Jisung, sedangkan Hyunjin tanpa kesah segera menarik kekasihnya merapat dan berjalan menuju rumah di depan mereka.

"Kita sudah lembur, jika kau terkena hujan, tamat sudah riwayatku."

Jisung merengut, pemuda manis itu membuang wajahnya ke samping hingga akhirnya mereka sampai di teras rumahnya.

"Mama sudah tidur sepertinya. Biar aku ambil kunci cadangan dulu."

Jisung berjinjit-jinjit guna meraih kunci cadangan yang dimaksud di celah ventilasi yang tepat berada di atas pintu. Nampak sekali jika pemuda itu kesulitan mengambilnya, salahkan kaki-kaki pendek Jisung sendiri. Sampai-sampai Hyunjin yang diam memperhatikan dibuat tak mampu lagi menahan tawanya. Padahal dia bisa melihat dengan jelas keberadaan kunci itu.

Yandare Boy🔞 (JeongSung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang