Ryosuke mengajak ibunya masuk kedalam rumah. Memintanya duduk diruang tengah. Hikaru hanya tersenyum dan menuruti permintaan putra sulungnya itu.
" Gomene Mommy, rumahnya tidak besar dan ruang tamu juga begitu nyaman karena kami jarang menerima kunjungan." Hikaru memperhatikan putra sulungnya itu berjalan lurus menuju dapur.
"Mommy masih suka teh chrisant? Yutti membelikan aku beberapa teh dua Minggu lalu. Kurasa ada juga teh chrisant. Mou...kutaruh dimana ya?" Ryosuke membongkar lemari diatas tempat piring.
"Ah ini dia..." Dia berhasil menemukan nya juga dan lansung saja menyeduhnya untuk mereka berdua.
"Mommy, sejujurnya aku lupa akan janji kita hari ini. Jadi maaf aku belum menyiapkan makanan. Apa Mommy mau aku buatkan sesuatu?" Ryosuke asik dengan beberapa gelas yang kini dia cuci. Bekas makan mereka semalam.
"Ryo-chan..." Ryosuke bahkan tidak sadar kalau ibunya kini sudah ada diseberang meja dapurnya. Dia tersenyum melihat raut ibunya yang nelangsa. Dia sendiri sebenarnya kikuk dan salah tingkah berhadapan lansung dengan wanita yang melahirkannya ini.
"Duduklah... Mommy hanya ingin menemuimu. Mommy membawa kue strawberry short cake kesukaanmu. Duduklah dan temani Mommy ok!" Hikaru tersenyum lembut kearah anaknya itu. Dia sangat tahu kalau Ryosuke sebenarnya sangat gugup, canggung dan gelisah. Kebiasaan si sulung sejak kecil bila merasa tidak nyaman dia justru menyibukkan diri dengan segala macam pekerjaan guna menghindari kontak lansung dengan lawan bicaranya.
"Duduklah Ryo-chan..." Ryosuke menghela nafas. Tidak ada guna lagi menghindar dan berbohong sekarang. Mereka akhirnya duduk berdampingan didepan TV yang sempat ditiduri Yuto semalam.
"Kau kurus Ryo-chan..." Hikaru memandang sendu kearah sang anak.
"Aku ini masih dalam tahap langsing. Mommy lah yang kurus. Apa Mommy makan dengan baik?" Ryosuke menyangkal ucapan sang ibu walaupun dia menyadari kalau berat badannya sedang turun drastis akhir-akhir ini.
"Tentu saja. Bagaimana dengan adikmu?"
"Dia baik, sangat baik malah dan juga bertambah nakal sekarang. Aku bahkan harus memeras otak jika adu argumen dengannya. Aish...kenapa anak itu harus lebih cerdas dari ku sih?" Ryosuke menggerutu membayangkan perdebatannya dengan Yuri dan bagaimana dia selalu kalah dari sang adik aka sephianya itu jika sudah mengeluarkan jurus puppy eyes nya itu.
"Sekolahnya bagaimana?"
"Baik...dia bahkan rangking 1 dalam ujiannya bulan lalu."
"Yokatta...kalian hanya tinggal berdua dirumah ini?" tanya Hikaru lagi dan Ryosuke lekas menggeleng.
"Yutti juga tinggal disini..." senyum dibibir Hikaru sedikit memudar mendengar pengakuan Ryosuke meski senyum itu tetap ada. Tapi Ryosuke cukup peka menebak pikiran ibunya itu.
"Yutti tinggal disini, tapi tidak tiap hari. Hanya kadang-kadang saja jika dia mampir. Lagi pula dia yang membeli rumah ini untuk aku tinggali Mom. Jadi secara tidak lansung ini juga rumahnya. Jika yang Mommy khawatirkan adalah apa aku dan Yutti melakukan hal yang macam-macam, tolong buang pikiran itu. Aku dan Yutti masih sama seperti 17 tahun yang lalu. Kami hanya sahabat, Mom! Aku menganggapnya saudara dan diapun memperlakukan aku dan Yuri seperti saudaranya. Apa Mommy dan Daddy masih berpikir kalau kekasihku adalah Yutti?" Ryosuke menatap sang ibu yang terdiam sejenak mendengar penuturannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life (End)
Fanfictioncover @Eiravyanna summary Ryosuke tak peduli, bagaimana orang mendiskripsikan hidupnya dan sempurna seperti apa hidupnya dalam pandangan orang-orang. Bahkan senormal apa kehidupan cintanya, karena bagi Ryosuke hidup dan cintanya hanya dia yang tahu...