(2) Pilihan

214 146 128
                                    

Happy reading, guys 💐



Cahaya matahari mulai menyusuri ruangan ini. Membuat seorang gadis bernama Senaya terbangun dari tidurnya.

"Eunghh ...."

Senaya mendudukkan badannya dan mengusap matanya. Ia termenung sejenak.

"Eumm, jam berapa sekarang?" tanya Senaya dengan suara khas bangun tidurnya.

Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.05. Senaya pun bangkit dari sofa, merenggangkan otot lengannya. Senaya membereskan bantalan sofa serta meletakkan selimut ditempat semula.

Senaya mendekati brankar Arsen.
"Selamat pagi Arsen, kapan bangunnya? Gak rindu sama gue?" gadis itu tak pernah berhenti menyuruh Arsen untuk bangun walau sebenarnya percuma.

"Ar, gue pengen makan es krim bareng lo lagi, ayo bangun dong temani gue beli es krim," Senaya mengguncang pelan bahu Arsen.

"Huu, percuma!" Senaya berdecak kesal.

"Cari makan dulu deh," usulnya lalu keluar dari kamar rawat Arsen menuju halaman rumah sakit ini.

Senaya melangkahkan kakinya ke tukang bubur ayam.

"Pesan 1 bubur ayamnya!"

"Sebentar ya kak," tukang bubur ayam itu kemudian membuat pesanan milik Senaya.

"Ini kak, totalnya 15 ribu," tukang bubur ayam itu menyodorkan kantong plastik berisikan bubur ayam pesanan Senaya.

Senaya merogok kantong celananya lalu menyerahkan uang sebesar 15 ribu. "Ini kak, makasih."

"Sama sama kak," balas tukang bubur ayam itu.

Senaya melangkah kakinya masuk ke dalam rumah sakit menyusuri lorong-lorong menuju kamar rawat Arsen.

Ia mendudukkan dirinya di sofa kemudian menyantap bubur ayam yang dibelinya tadi.

Senaya melirik ke arah Arsen. "Mau gak lo? Enak loh, gue kasih semua deh tapi bangun dulu kalo gak mau, gak usah."

Senaya memasukkan sesendok bubur ke dalam mulutnya. "Ewnak bwanget lwoh! Lo mah setiap hari cuman dikasih cairan, kek gue dong makan apa aja," ujarnya dengan nada sombong.

"Bangsat lo Ar!" umpatnya.

Setelah menuntaskan acara makannya, Senaya membuang kemasan makanannya ke tempat sampah yang ada disudut ruangan.

Drr drrr drrr!

Getaran yang berasal dari kantong celana Senaya, ia merogok kantongnya mengambil ponsel miliknya.  Mengangkat panggilan telpon itu.

"Halo"

"Sena masih di rumah sakit?

"Iya bunda, ini Sena baru mau pulang"

"Jangan pulang dulu, bunda mau ke sana sama papanya Arsen"

"Yaudah bunda, Sena tunggu ya"

"Makasih ya Sena, bentar lagi bunda sampai ini"

"Iya, Sena tutup ya telponnya"

"Iya sayang"

Tutt.

Senaya kembali meletakkan ponselnya ditempat semula.

Senaya merebahkan tubuhnya diatas sofa dengan tangannya sebagai tumpuan kepalanya.

ARSENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang