Pahlawan Kemaghriban

529 13 0
                                    

This is just a story, don't bring it to real life. Be a wise reader. Mohon maaf juga, tulisannya belepotan.

. . . . . . .

"Azkia!"

Gadis berambut panjang bergelombang dengan rok plisket putih dan kemeja berwarna mint menoleh pada asal suara.

"Elvina? Ada apa?" tanya Azkia.

Azkia menatap Elvina yang menghampirinya dengan air muka yang sulit dibaca.

"Lo yakin mau dateng ke pernikahan Jeno sama Danita?"

Terdengar helaan napas dari Azkia. Sebisa mungkin ia tidak mau mendengar hal apapun yang berkaitan dengan Jeno, tapi Elvina selaku sahabatnya malah mengajukan pertanyaan yang ia hindari.

"Danita temen gue dari kecil, dia bakal kecewa kalo gue gak hadir."

"Tapi Jen--"

"Gue gak peduli. Lagian Danita gak pernah tahu soal gue sama Jeno."

Azkia menatap lurus ke depan jalan. Sudah lama ia di sini, menunggu kedatangan angkutan umum yang biasa ia naiki.

"Tumben udah pulang jam segini? Biasanya lo masih di bengkel?"

Elvina menatap Azkia yang setia dengan melihat jalan tanpa sedikit pun menoleh padanya.

"Tadi ... kebanyakan yang servis motor. Jadi, kerjaan gue selesainya cepet."

Elvina mengangguk, setelahnya hanya ada keheningan yang cukup lama.

"Kia?"

Azkia menoleh pada Elvina yang berada di sampingnya.

"Berarti ... sekarang  lo. G-gue ngomong gini karena gak mau lo larut dalam kekecewaan. Lo juga harus nemuin orang yang pantes ditemani menua bersama."

"Pftt ...." Tawa Azkia lepas begitu saja. Apa yang dibicarakan Elvina? Sejak kapan dia bisa mengeluarkan kata-kata modelan begitu?

Melihat Azkia yang masih tertawa, Elvina melayangkan pukulan pada lengan Azkia.

"Terus aja ketawa!" ketusnya.

Yang tadinya mau berhenti pun, Azkia malah kembali tertawa. Dia merasa disuruh untuk tertawa lagi mendengar ucapan Elvina, terlebih melihat wajah cemberutnya membuat Azkia semakin terpancing untuk tertawa lagi.

"Vin, meskipun gue udahan sama Jeno, bukan berarti gue mau nerima perjodohan itu."

"Tapi lo belum tahu siapa orangnya kan? Mungkin aja lo bakal suka kalo udah lihat cowonya," balas Elvina.

Azkia menghela napasnya pelan. Masalahnya dengan Jeno, masalah di bengkel tempatnya bekerja juga belum selesai, sudah muncul masalah baru. Gak bisa apa masalahnya ngantri satu-satu?

"Lo sengaja dateng ke sini buat nemuin gue?"

Elvina mengangguk pelan. Setelah mendapatkan berita pernikahan Jeno, laki-laki yang pernah berjanji akan melamar Azkia bulan ini. Dia khawatir Azkia akan melakukan hal yang membahayakan, seperti bunuh diri atau hal bahaya lainnya.

"Gue takut lo bunuh diri."

Azkia menepuk pelan pundak sahabatnya.

"Makasih atas perhatiannya. Tapi ketakutan lo gak akan terjadi, gue belum siap mati. Soalnya bang Azka pernah bilang, kalo mati tuh harus punya perbekalan. Sedangkan gue, jangankan punya perbekalan, persiapan buat pun belum."

"Lo gak punya beras? Atau gak punya air?"

Sekarang, giliran Azkia yang memukul lengan Elvina.

"Bekel amal bukan beras Vin! AMAL!"

Nakia [ Na Jaemin ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang